Friday, September 30, 2011

RADIOFARMASI APLIKASI NUKLIR UNTUK MEDIS



Radiofarmasi adalah adalah penggunaan senyawa radioaktifdalam pengobatan penyakit. Salah satu aplikasi radiofarmasi adalah sebagairadioimunoterapi. Radioimunoterapi adalah metode penanganan kanker denganmemanfaatkan reaksi spesifik antigen dan antibodi. Radioisotop dengan jenisradiasi yang mematikan sel “ditumpangkan” ke antibodi yang bereaksi secaraspesifik dengan tumor-associated antigen. Setelah dimasukkan ke dalam tubuh,antibodi akan terikat ke dalam antigen yang ada di sel kanker dan sel tersebutakan dimatikan oleh radiasi yang dipancarkan radioisotop.
Sampai saat ini, radioimunoterapi telah digunakan untuk pengobatanbeberapa jenis kanker, antara lain pengobatan limfoma, kanker prostat, danmelanoma. Adabeberapa jenis radioantibodi yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat danMakanan Amerika Serikat (FDA, Food and Drug Administration), diantaranya adalahZevalin dan Bexxar. Zevalin adalah antibodi monoklonal anti-CD20 yang kedalamnya telah diikatkan radioisotop pemancar beta Yttrium-90. Sedangkan Bexxaradalah antibodi monoklonal anti-CD20 yang ke dalamnya telah dimuati denganradioisotop Iodium-131. Kedua radioantibodi ini digunakan untuk penanganankanker limfoma.

Penggunaan radioimunoterapi pada pengobatan limfoma atauleukima adalah dengan menginjeksikan antiCD20 yang dilabel dengan radioaktif.Mula-mula pasien dipersiapkan sedemikian rupa, yaitu dengan diberi infusantibodi yang tidak dilabel radioaktif. Kemudian pasien akan menerima antibodiyang dilabel radioaktif dalam dosis yang rendah. Antibodi yang berlabelradioaktif ini akan beredar di dalam tubuh dan akan menghampiri sel limfoma Bdan limfosit B normal. Antibodi membawa radioaktif pada sel limfoma dan terjadipembunuhan sel kanker yang terlokalisasi serta sedikit limfosit B normal.
Penggunaan radioimunoterapi pada pengobatan kanker prostatadalah dengan melabel antibodi monoklonal dari kanker prostat. Antibodimonoklonal pada kanker prostat disebut anti-PSMA (Prostat-Specific MembranAntigen) mAb. J591 adalah anti-PSMA mAb yang belum dilabel denganradioaktif.  Radioaktif yang digunakanuntuk melabel J591 adalah 177Lu dan 90Y. Dalam jurnal penelitian, pasien kankerprostat dibagi dalam beberapa kelompok lalu diberi 177Lu-J591 dan 90Y-J591berbagai dosis selama 2-4 bulan. Hasilnya, pemberian berulang 177Lu-J591 (30-60mCi/m2) atau 90Y-J591 (17.5 mCi/m2) dapat ditoleransi pasien dengan trombocitopenia.Meskipun pemberian tunggal dosis besar dipertimbangkan dapat membunuh selkanker dalam fraksi besar.
Radioimunoterapi yang digunakan dalam pengobatan melanomamenggunakan antibodi monoklonal 6D2. Pada melanoma yang menjadi targetradioimunoterapi adalah melanin. Penelitian yang dilakukan pada mencit,menggunakan 6D2 mAb yang dilabel 188Re. untuk mengetahui efikasinya 188Re-6D2mAb dibandingkan dengan kemoterapi yang menggunakan dacarbazine. Hasilpenelitian tersebut menunjukkan 188Re-6D2 mAb lebih efektif dalam menghambatpertumbuhan tumor pada mencit. Selain itu, pengobatan melanoma dengandacarbazine yang diikuti radioimunoterapi lebih efektif daripada terapitunggal.
Di beberapa negara, pemanfaatan nuklir di bidang kesehatanterus berkembang pesat. Skala ekonominya telah mencapai angka yang menjanjikan.Di Amerika Serikat dilaporkan telah mencapai 49 milyar dollar AS per tahun padatahun 1998, atau sekitar 5% dari total belanja kesehatan nasional negaratersebut yang sebesar 987 milyar dollar AS. Sedang di Jepang, pemanfaatan radiasi nuklir memiliki skala ekonomi 12milyar dollar AS per tahun, atau setara dengan 4,3% dari total belanjakesehatan yang sebesar 279 milyar dollar AS. Potensi ekonomi yang tersimpan didalam layanan kesehatan berbasis teknologi nuklir ini diprediksi akanmendoorong berbagai pihak untuk mengembangkannya di tanah air.
Dunia medis erat kaitannya dengan diagnosis dan pengobatan(terapi) suatu penyakit. Untuk mengetahui jenis dan adanya penyakit, dilakukandengan cara mendiagnosis penyakit yang diderita seseorang. Bila sudah diketahuipenyakitnya, pengobatan pun bisa dilakukan dengan tepat dan lebih cepat.
Berbagai cara dan teknologi diterapkan untuk melakukankeduanya. Adayang menggunakan obat-obatan herbal, kimia, hingga ke sinar dari radioaktif.Untuk masalah pada tulang, selama ini teknologi yang umum digunakan adalahSinar X untuk rontgen. Namun, kini ada teknologi diagnosis dan terapi untuktulang dengan menggunakan sinar gama dan materi bermuatan (alfa dan beta).Penggunaannya melalui aliran darah, baik dengan oral, injeksi, maupun diisap.
Penggunaan radioaktif melalui aliran darah disebutradiofarmasi. Dalam terapi ini, obat dimasukkan ke dalam atau sirkulasi darah."Obat itu menggunakan molekul atom radioaktif. Atom yang membentuknyaadalah radioaktif," ujar Kepala Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka BadanTenaga Atom Nasional (Batan), Abdul Mutalib, beberapa waktu lalu diJakarta.Molekul atom radioaktif yang digunakan untuk terapi tulang memancarkansinar gama. Sinar ini berdaya tembus tinggi, bahkan bisa tembus ke luarjaringan. Untuk mendeteksi letak sinar gama yang berkumpul di dalamtulang,digunakan kamera gama.

Tahap diagnosis
Radioaktif gama dalam teknologi radiofarmasi adalah untukdiagnosis. Adadua sinar gama yang digunakan untuk diagnosis. Yakni, single photon emisiencomputerized tomography (gmisi dari photon tunggal yang dapat ditelusurikomputer). Yang terbaru disebut PET-positron emission tomography (radioaktifyang memancarkan positron).
Teknologi ini digunakan agar sinar gama yang masuk ke dalamaliran darah bisa menembus sasaran. Setelah mencapai sasaran, dalam kurun waktutertentu bisa ditelusuri dengan kamera gama atau komputer. Menurut Mutalib,waktu yang dibutuhkan sekitar beberapa jam lamanya. Setelah menembus sasaran,elektronnya hilang. Dalam diagnosis, digunakan penelusuran dengan pencitraan.Sinar gama ini bisa masuk ke tingkat sel dan pencitraannya mampu menggambarkanhingga tingkat molekul (molecular imaging).
"Pencitraannya sudah detail. Kalau CT-Scan atau MagnetikResonance Imaging (MEI) itu hanya anatomi, juga Ultrasonography (USG) hanyapada fi-siologi. Tapi, tak bisa melihat sampai tingkat molekul. Kalau ini,sampai tingkat sel. Jadi, diagnosisnya jauh lebih akurat," ujarMutalib.Terapi dengan radioaktif, kata Mutalib, berbeda dengan obat (farmasi)biasa. Produk industri farmasi, peng-obatannya hanya untuk terapi, bukan untukdiagnosis.Untuk terapi, radioaktif ini diminum, diinjeksi, juga diisap."Apa pun caranya,yang penting aman bagipenderita, dan bisa masuk kesaluran darah. Semua akan masuk ke aliran darah," ujarnya.
Terapi radioaktif ini, sambungnya, didesain untuk mengikutialiran darah hingga ke target yang dituju sesuai fungsinya, misalkan ke otak,tulang, dan lain-lain. Untuk itu, tiap-tiap terapi organ tertentu, jenisnyajuga berbeda. Karena itu, jenisnya pun beragam.Bila sudah mencapai sasaran,radioaktif itu akan memancarkan radiasi yang bisa ditangkap oleh kamera gama.Maka itu, di kamera itu akan tampak bentuk jantung, otak, ataupuntulangnyadengan warna terang berpen-dar. "Dari situ, kita bisa melihat kelainan selatau organ," ujarnya.
Langkah ini, kata Mutalib, sangat berbeda dengan kemoterapi.Kemoterapi digunakan untuk membunuh sel kanker atau penyakit dengan bahankimia. Senyawa kimia ditembakkan ke sel sasaran, tetapi seringkali sel-selsehat di sekitarnya juga mati. "Radiofarmasi terapinya di tingkat seluleryang abnormal dan lebih spesifik kinerjanya. Sasaran yang dikenai pun sangatterbatas pada yang dituju saja," ujarnya.



Efeknonfarmakologis
Penggunaan radiofarmasi untuk terapi mungkin membuat orangawam khawatir pada efek sampingnya. Namun, Mutalib menjelaskan, jumlahradioaktif gama yang dimasukkan ke aliran darah itu sangat kecil danradi-asinya akan hilang seiring selesainya ia bertugas. Masa paruh radioaktifuntuk terapi itu sekitar dua hari. Sedangkan untuk diagnosis, waktu paruhnyasekitar dua hingga enam jam.
Sistem ini sudah dirancang sedemikian rupa sehingga takmemberikan efek farmakologis di tubuh. Ini berbeda dengan obat yang memberikanefek samping. "Toksisitasnya ada pada tingkat aman untuk terapiradiofarmasi, dan sudah kita uji toksisitas. Tingkatnya adalah di bawah LD(lethal dosis) 50," ujar Mutalib.
Selain tak ada efek farmakologis, radiofarmaka jugamemiliki efek fisiolo-gis. Jika dengan kemoterapi, pasien akan mengalamibeberapa efek fisiolo-gis, seperti mual, rambut rontok, kulit menghitam, danlain-lain. Sedangkan radiofarmaka, menurut dia, tak memberikan efek sepertikemoterapi dan pengaruhnya sangat minimal.Bila menjalani radiofarmasi, pasientak perlu dibius karena radiasinya yang kecil. Alat deteksinya purvsangatsensitif sehingga radioaktif yang digunakan pun cukup hanya dalam jumlahsedikit.

0 comments:

Post a Comment

Sample Text

Social Profiles

Arsip Blog

Pengikut

Guest Counter

Powered by Blogger.

Ads 468x60px

Popular Posts

Blog Archive

About

Featured Posts Coolbthemes