Wednesday, September 28, 2011

Makalah Manfaat / fungsi Imunisasi


BAB I
PENDAHULUAN

Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untukmempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya. Salah satu ancamanterhadap manusia adalah penyakit, terutama penyakit infeksi yang dibawa olehberbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur. Tubuh mempunyaicara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Beberapa jenispenyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpapengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem imun)orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakititu. Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutamapada anak-anak atau pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidakmampu mencegah kuman itu berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan penyakitberat yang membawa kepada cacat atau kematian.

Apakah yang dimaksudkan dengan sistem imun? Kata imun berasal dari bahasaLatin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepadapara senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagaiwarganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudianberkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit,dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatusistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yangdihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawanbenda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalamtubuh.
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalamtubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut denganantibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidakterlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi padareaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untukmengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktuyang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, padabeberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasiatau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuhtidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akanmenimbulkan akibat yang fatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktifadalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikandengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnyaadalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalahpenyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalamiluka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahirdimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darahplacenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.

PembahasanMasalah :
  1. Pengertian Imunisasi
  2. Penyakit – Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi
  3. Imuniasi Mmr
  4. Penyakit – Penyakit Yang Kemungkinan Akan Di Alami Bila Tidak Mendapat Imunisasi Mmr.
  5. Jadwal Pemberian Imunisasi








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PengertianImunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit denganmemasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yangsedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imunyang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akanmemberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untukterhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistemkekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentanterhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukansatu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagaipenyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.

2.1.1 Tujuan Pemberian Imunisasi
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untukmengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatanbahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yangdapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio,difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.

2.1.2 Jenis – Jenis Imunisasi
  1. BCG
  2. Hepatitis B
  3. Polio
  4. DTP
  5. Campak


  1. Imunisasi BCG
Kepanjangan BCG ? Mungkin karena susah mengucapkannya makanya jarang yanghafal kepanjangannya. Bacillus Calmette-Guerin. BCG adalah vaksin untukmencegah penyakit TBC, orang bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksinyang paling banyak di gunakan di dunia (85% bayi menerima 1 dosis BCG padatahun 1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belumada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya.
Royan said : maksudnya, kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG inibervariasi. Dan tidak ada pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalanseseorang pada penyakit TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan imunisasihepatitis B, kita bisa memeriksa titer anti-HBsAg pada laboratotrium, bilahasilnya  > 10 μg dianggap memilikikekebalan yang cukup terhadap hepatitis B.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proteksi BCG berkurangjika telah ada sensitisasi dengan mikobakteria lingkungan sebelumnya, tetapidata ini tidak konsisten.
Royan said : maksudnya, kalau sih anak sudah kemasukkan kuman TBC sebelumdiimunisasi, proses pembentukan antibbodi setelah diimunisasi kurang memuaskan.
Karena itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan ujituberkulin dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk mengetahuiapakah anak telah terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi,kekebalan untuk penyakit TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitasseluler), karena itu anak baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC.Makanya ibu-ibu harus segera memberikan imunisasi BCG buat anaknya.
Perlu diketahui juga, derajat proteksi imunisasi BCG tidak adahubungannya dengan hasil tes tuberkulin sesudah imunisasi dan ukuran parut(bekas luka suntikan) dilengan. Jadi tidak benar kalau parutnya kecil atautidak tampak maka imunisasinya dianggap gagal.
Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1tahun, dan 0,1 ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan.
Royan said : maksudnya disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan diotot). Bila penyuntikan benar, akan ditandai kulit yang menggelembung.
BCG ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan. BCG tidak dapatdiberikan pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti pada penderitalekemia (kanker darah), anak dengan pengobatan obat steroid jangka panjang danpenderita infeksi HIV.
(Sumber : system imun,imunisasi,dan penyakit imun. Prof.Dr.dr. A. SamikWahab, Spa(K). Widya Medika)
  1. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebihdari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jikamenyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bilasejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainanyang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis ataupengerutan hati.
Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil. Yang potemsialmelalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisaltransfusi darah. Bisa juga melali alat-alat medis yang sebelumnya telahterkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yangtidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga bisa lewatsikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar anggota keluarga.
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan olehdokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalamisirosis. Anak juga terlihat sehat, nafsu makan baik, berat badan juga normal.Penyakit baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah.
Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satuanggota keluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screeningterhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Selainitu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virushepatitis B.
Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulanantara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua danketiga.
Usia Pemberian Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengansyarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dariibu pengidap VHB, selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulinantihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam.
Lokasi Penyuntikan: Pada anak di lengan dengan caraintramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero=otot-otot bagian depan, lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidakdianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
Tanda Keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikanpatokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaandarah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bilakadarnya di atas 1000, berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun;diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahunakan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3kali lagi.
Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah3 kali suntikan, lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
Indikator Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang sakitberat
  1. Polio
Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yangsering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. Sedangkan yang keduainactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudahdiberikan, murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyakdigunakan. Kalo yang injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidakpunya efek epidemiologis. Selain itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agarpemakaian vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak bolehmendapat vaksin polio tetes karena daya tahan tubuhnya lemah
Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yangmenyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapatsembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-ototlumpuh dan tetap kecil.
Di wikipedia dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal sejak zamanpra-sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orangsehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudiusterserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.
Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkankelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggalkarena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerikaselama dasawarsa seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semuaorang tua’, karena menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah limatahun. Di sanapara orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskopdikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.
Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita ataumakanan dan minuan yang dicemari.
Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiapkali sesuai dengan jadwal imunisasi.
  1. DTP
Deskripsi Vaksin Jerap DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoiddifteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telahdiinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggalsedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus.
Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus danbatuk rejan.
Komposisi Tiap ml mengandung : Toksoid difteri yang dimurnikan 40 LfToksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf B, pertussis yang diinaktivasi 24 OUAluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg
Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu untuk menghomogenkansuspensi. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutanyang dalam. Bagian anterolateral paha atas merupakan bagian yangdirekomendasikan untuk tempat penyuntikkan. (Penyuntikan di bagian pantat padaanak-anak tidak direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul). Tidakboleh disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi lokal. Satu dosisadalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringeyang steril.
Di negara-negara dimana pertussis merupakan ancaman bagi bayi muda,imunisasi DTP harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikanpada usia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan intervalmasing-masing 4 minggu. Vaksin DTP dapat diberikan secara aman dan efektif padawaktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV),Hepatitis B, Hib. dan vaksin Yellow Fever.
Kontraindikasi Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengansuntikan pertama DTP. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi barulahir atau gejala-gejala serius keabnormalan pada saraf merupakankontraindikasi dari komponen pertussis. Imunisasi DTP kedua tidak bolehdiberikan kepada anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertamaDTP. Komponen pertussis harus dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT untukmeneruskan imunisasi ini. Untuk individu penderita virus humanimmunodefficiency (HIV) baik dengan gejala maupun tanpa gejala harus diberiimunisasi DTP sesuai dengan standar jadual tertentu.
  1. Campak
Imunisasi campak, sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dariibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurunsehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagipenyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemahgampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnyacampak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelahitu biasanya tak akan terkena lagi.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah(droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasiyang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itubarulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahabn dan berair, sikecilpun merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulutmuncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak jugamengalami diare. satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik,berkisar 38-40,5 derajat celcius.
Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan cirikhas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalukecil. Awalnya haya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher,dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah inihanya di beberapa bagian tibih saja dan tidak banyak.
Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengansendirinya. Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik,disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atausembuh dengan sendirinya. Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anaksembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini tetaplah meminum obatyang sudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi.Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yangmuncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi viruscampak.
Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadikomplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selainbercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari.Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru dan radang otak.Komplikasi ini yang umumnya paing sering menimbulkan kematian pada anak.
Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kalidi usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karenaantibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnyamenyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasicampak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).

2.1.3 Efek Imunisasi
- Efek Imunisasi
Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi. Tetapi,orangtua masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yangmungkin menimpa Si Kecil.
Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna. Itulah sebabnyapemberian imunisasi, baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi merekauntuk membangun pertahanan tubuh. Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindardari berbagai penyakit yang membahayakan jiwanya.
Di lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping. Demamtinggi pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was. Padahal,efek samping ini sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksin yangdimasukkan ke dalam tubuh tengah bekerja. Namun, kita pun tidak boleh menutupmata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa sangat berat, bahkanberujung kematian. Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RIdisebut "Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi"(KIPI). Menurut KomiteNasional Pengkajian dan Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadiansakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.

- Tidak Ada yangBebas Efek Samping
Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasiyang aman tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayidiimunisasi, ia harus diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampaidipastikan tidak terjadi adanya KIPI (reaksi cepat).
Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untukmenghindari adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yangbukan, maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangkawaktu tertentu. "Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupunlambat. Dilihat dari gejalanya pun, dapat dibagi menjadi gejala lokal,sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya," terang KetuaSatgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.
Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya. Padakeadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari(pasca-vaksinasi rubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio).Reaksi juga bisa diakibatkan reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atauvaksin, atau kejadian lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnyaalergi. "Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang timbul akibatkesalahan teknik pembuatan, pengadaan, distribusi serta penyimpanan vaksin.Kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadianyang timbul kebetulan," demikian Sri.
Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS,melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan. "Kejadianyang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur danteknik pelaksanaan atau pragmatic errors)," tukas dokter yang berpraktekdi RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.
Stephanie Cave MD, ahli medis yang menulis "Yang Orangtua Harus Tahutentang Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek sampingvaksin pada bayi dan anak-anak adalah karena mereka dijadikan target imunisasimassal oleh pemerintah, pabrik vaksin, maupun dokter. Padahal, imunisasi massalyang memiliki sikap "satu ukuran untuk semua orang" ini sangatberbahaya. Karena, "Setiap anak adalah pribadi tersendiri, dengan bangungenetika, lingkungan sosial, riwayat kesehatan, keluarga dan pribadi yang unik,yang bisa berefek terhadap cara mereka bereaksi terhadap suatu vaksin," demikian Cave.

- BeberapaKejadian Pasca-Imunisasi
Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi. Sebagianbesar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya,berikut ini beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:
  1. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baiklangsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksisuntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempatsuntikan. Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing,mual, sampai sinkope atau pingsan.
  1. Reaksi vaksin
Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudahdiprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demampasca-imunisasi DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas. Meskidemikian, bisa juga reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksisimpang di dalam tubuh (misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalahpersarafan, kesulitan memusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme,hingga resiko kematian.
  1. Faktor kebetulan
Seperti disebut di atas, ada juga kejadian yang timbul secara kebetulansetelah bayi diimunisasi. Petunjuk "faktor kebetulan" ditandai denganditemukannya kejadian sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat,dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.
  1. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke kelompok"penyebab tidak diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut.Biasanya, dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebabKIPI.



'Imunisasi ituAman' Ilmu Pengetahuan atau Fiksi?
Keraguan tentang aman-tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada.Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat imunisasi yangdilaporkan, dan puluhan ribu lainnya yang tidak dilaporkan. Pada anak-anak,imunisasi (dan antibiotik) bertanggung jawab untuk sebagian besar reaksinegatif dibanding obat-obat resep lainnya. Jadi realitanya, tidak ada obat yangaman untuk setiap anak. Dan, beberapa obat lebih berbahaya daripada beberapaobat lainnya.
Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yangbaik, bukan hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namunfaktanya, hingga kini banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang carakerja imunisasi di dalam tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadaiuntuk imunisasi juga tidak ada. Yang juga kurang, adalah pengertian tentangefek jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak. Yangdiketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulaidiwajibkan di Amerika Serikat, telah terjadi peningkatan kasus kelainan sistemimun dan persarafan, termasuk kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme,diabetes anak-anak, sindroma keletihan menahun, kesulitan belajar, rematoidartritis, multipel sklerosis, dan masalah kesehatan yang menahun lainnya.
Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatanbesar jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkanorangtua dan profesional kedokteran, telah mencetuskan suatu gerakan yangmenuntut dilakukannya lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efekburuk jangka panjang atau menahun dari imunisasi.
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baikyang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat.
Efek samping yang biasa terjadi adalah sebaagai berikut:
  1. BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.
  2. DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.
  3. POLIO : Jarang timbuk efek samping.
  4. CAMPAK : Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4–10 hari sesudah penyuntikan.
  5. HEPATITIS : Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.
Perlu diingat efek samping imunisasi jauh lebih ringan daripada efekpenyakit bila bayi tidak diimunisasi.

2.2 Penyakit –Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi
Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untukmencegah dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak. Lalumengapa kadangkala orangtua kerap mengabaikan tindakan penting tersebut?Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?
Sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO(Badan Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12imunisasi yang harus diberikan kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakanimunisasi yang wajib diberikan sebab fungsinya adalah untuk mencegah anak dariserangan penyakit – penyakit seperti :
  1. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanyadi negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakansalah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negaraberkembang maupun di negara maju
faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit( resiko penyakit ).
Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah: anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerahendemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan, serta lingkungan yangtidak sehat.
  1. Hepatitis B yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati
Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebihdari 90 persen) dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa. "Oleh karenaitu, bagi bayi vaksin hepatitis B mutlak perlu.
Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas karenapenderita seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telahtertular virus hepatitis B, bahkan sudah menularkannya kepada orang lain."Sebaiknya, mereka yang memiliki gejala kuning pada mata, kulit, lesu, takmemiliki nafsu makan serta sakit lambung-seperti maag yang tak sembuh dalamtempo enam bulan-segera periksa ke dokter.
Virus hepatitis B diketahui sebagai salah satu virus yang paling mudahmenular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular daripada HIV (viruspenyebab AIDS), dan diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada HIV.Virus itu menyerang hati dan merusak organ tubuh secara tak langsung melaluigangguan sistem kekebalan. Pada serangan tahap awal masih bisa disembuhkan jikasegera diobati. Namun, jika penyakit berkembang lebih berat maka ia akan mencapaitahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati), sampai kemudian mengakibatkanmunculnya kanker hati.
  1. Penyakit polio. Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.
Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yangdisebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakanpoliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virusini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkanmelemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu πολιομυελίτις, atau bentuknya yang lebih mutakhirπολιομυελίτιδα, dari πολιός "abu-abu" dan μυελός "bercak".Virus Polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalahikosahedral tanpa sampul dengan genome RNA single stranded messenger molecule.Single RNA ini membentuk hampir 30 persen dari virion dan sisanya terdiri dari4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg). Polio adalah penyakitmenular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontakantarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakanmakanan atau minuman yang terkontaminasi feses.
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbedadan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapatterjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasusterjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polioterdiri atas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain 2 (lanzig), danstrain 3 (Leon).Strain 1 adalah yang paling paralitogenik atau yang paling ganas dan seringkali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan diSukabumi.
Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak. Penyakit Polio terbagi atastiga jenis yaitu Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar.-Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dansensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jikadisentuh. -Polio Paralisis Spinal Jenis Strain poliovirus ini menyerang saraftulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakanpada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang darisatu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan palingsering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virusini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruhtubuh.
Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor -- yangmengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun,pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus inibiasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batangotak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjangserabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem sarafpusat, virus akan menghancurkan neuron motor.
Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yangberhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem sarafpusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi inidisebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapatmenye-babkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) danabdomen (perut), disebut quadriplegia.  -Polio Bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalanalami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motoryang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagaiotot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yangberhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditoriyang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelandan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yangmengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengaturpergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkankematian. Limahingga sepuluh persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggalketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadisetelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim ''perintahbernapas'' ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan;korban dapat ''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukanpenyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yangdisekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulitdilakukan apabila penderita telah menggunakan ''paru-paru besi'' (iron lung).Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangitekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akanmengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengandemikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parahpada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring(mulut dan tenggorokan) atau dari tinja penderita yang telah terinfeksi selainitu juga dapat menular melalui oro-fecal (makanan dan minuman) dan melaluipercikan ludah yang kemudian virus ini akan berkembangbiak di tengorokan danusus lalu kemudian menyebar ke kelenjar getah bening, masuk ke dalam darahserta menyebar ke seluruh tubuh.
Penularan terutama sering terjadi langsung dari manusia ke manusiamelalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang terjadi melaluioral-oral (mulut ke mulut). Virus Polio dapat bertahan lama pada air limbah danair permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularannya.
Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus poliodari penderita yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkunganterbatas. Virus Polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun pekaterhadap formaldehide dan larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikanvirus tetapi pada keadaan beku dapat bertahun-tahun masa hidupnya.
  1. Penyakit campak (tampek)
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksivirus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis(peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit inidisebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderitacampak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelumrimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yangsangat mudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kuranglebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan olehparamiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah darihidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease ). Masainkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dankekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsungselama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumurlebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasamuda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaituberupa: - Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk (Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintikKoplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 harisetelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahanyang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruamtampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelahsamping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dantungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas sertasuhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun,penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selamabeberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka danmerebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
  1. Difteri, pertusis dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak.Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasanbagian atas. Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yangmembawa kuman ke orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa jugaditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakterigram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yangmerupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisantipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung,mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman ini jugamenghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya karenamenyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf (www.blogdokter.net).
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyeranganak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan30.000 kasus dan 3.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit ini
Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yangberarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otottonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum,melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme danparalisis pernapasan (wikipedia.org).
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang terdapatdi tanah, kotoran hewan, debu, dan sebagainya. Bakteri ini masuk ke dalam tubuhmanusia melalui luka yang tercemar kotoran. Di dalam luka bakteri ini akanberkembang biak dan membentuk toksin (racun) yang menyerang saraf.
UNICEF (United Nations Children’s Fund/Dana PBB untuk Anak-Anak)menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena pada bayi-bayiyang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidaksteril; mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih digunakan untukmemotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untukmenutup luka bekas potongan (www.unicef.org). Angka kematian yang diakibatkanoleh tetanus berkisar antara 15-25%.
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yangmenyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks), trakea danbronkial. Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan sehinggamenyebabkan serangan batuk yang parah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteriBordetella pertussis yang bersarang di saluran pernapasan dan sangat mudahtertular (www.warmasif.co.id).
Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang anak-anak yangberumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerangbayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dankeadaannya menjadi lebih parah. Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasusterjadi dan 297.000 kematian terjadi didunia yang diakibatkan oleh pertusis.

2.3 Imuisasi MMR
2.3.1 Defenisi
Imunisasi MMR adalah imunisasi kombinasi untuk mencegah penyakit Campak,Campak Jerman dan Penyakit Gondong. Pemberian vaksin MMR biasanya diberikanpada usia anak 16 bulan. Vaksin ini adalah gabungan vaksin hidup yangdilemahkan. Semula vaksin ini ditemukan secara terpisah, tetapi dalam beberapatahun kemudian digabung menjadi vaksin kombinasi. Kombinasi tersebut terdiridari virus hidup Campak galur Edmonton atau Schwarz yang telah dilemahkan,Componen Antigen Rubella dari virus hidup Wistar RA 27/3 yang dilemahkan danAntigen gondongen dari virus hidup galur Jerry Lynn atau Urabe AM-9.

2.3.2 Tujan
Tujuan diberikannya imunisasi MMR ini adalah untuk mencegah ataumengurangi terjadinya infeksi pada anak yang disebabkan penyakit-penyakit,gondongan dan rubela.

2.3.3 Efek Samping
Beberapa ahli memang ada yang mengkhawatirkan dengan pemberian MMR ini,dapat memberikan autisme yang disebabkan pelarut MMR mengandung Tiomersal,tetapi dugaan tersebut tidak terbukti. Seperti yang dikemukakan AndrewWakefield tahun 1998, MMR tidak terbukti menyebabkan autisme karena sampel yangditeliti hanya pada 12 pasien. “Itulah sebabnya hingga sekarang, MMR tetap amanuntuk diberikan pada anak mengingat pentingnya imunisasi ini terhadapperlindungan anak,” ungkapnya.
Pencegahan sindrom rubela congenital merupakan tujuan pemberian imunisasirubela. Rubela adalah penyakit yang cukup berbahaya apabila terjadi diawalkehamilan, karena dapat menimbulkan kelainan jiwa, kelahiran prematur, dancacat bawaan.
Apabila cacat dari lahir, bayi dapat mengalami cacat dalam bentuk, tuli,kelainan mata, kalainan jantung, kelainan saraf, mikrosefali, dan retardasimental. “Untuk menghindar penyakit ini, ibu-ibu harus memiliki kekebalan rubelasejak kecil, sehingga diharapkan penyakit tersebut tidak akan terjadi pada bayiyang akan dilahirkan.

2.4 Penyakit YangKemungkinan Akan AdaBila Tidak Mendapat Imunisasi
      MMR
Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan kepada anak untuk mencegahpenyakit campak, gondongan, dan campak Jerman.

2.4.1 Bedanya campak biasa dan campak jerman itu apa?
Campak biasa, berbeda dari campak Jerman atau rubela. Campak Jermanumumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi padaanak usia 5 sampai 14 tahun.
Memang gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk,pilek dan demam tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela tidak timbulterlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat menghilang dalamwaktu 3 hari. Gejala lain, umumnya nafsu makan anak akan menurun karena terjadipembengkakan pada limpa.
Justru kita harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamilkarena virusnya bisa menular pada janin melalui plasenta. Bila janin tertularmaka anak yang dilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital dengankelainan-kelainan, misalnya mata bayi mengalami katarak, tidak bisa mendengar,terjadi pengapuran di otak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh denganketerbelakangan perkembangan.
Setiap anak perempuan harus mendapat vaksinasi rubela. Hal ini untukmengantisipasi terjadinya rubela serta melindungi janin yang dikandungnyakelak. Tak hanya pada perempuan, vaksinasi rubela pun penting bagi kaum pria.Gunanya mencegah agar tidak terserang rubela dan menulari sang istri yangmungkin tengah hamil nanti.

2.4.2  Tidak Adanya Hubungan AntaraTerjadinya Autisme Dengan Imunisasi
         Mmr
  1. Akhir-akhir ini pada sebagian masyarakat tersebar informasi tentang dugaan adanya hubungan antara autisme dengan imunisasiMMR (Measles, Mumps, Rubella).
  2. Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang dengan tujuan untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu. Pemerintah telah melaksanakan Program Imunisasi sejak lebih dari 30 tahun yang lalu dan telah berhasil menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dari berbagai penyakit menular. Program Imunisasi di Indonesia mencakup antara lain pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyakit tuberkolosa (vaksin BCG), difteria , batuk rejan, dan tetanus (vaksin DPT), poliomyelitis (vaksin Polio), campak (vaksin Campak), dan hepatitis B (vaksin Hepatitis B). Program Imunisasi juga mencakup pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus (vaksin TT) dan peningkatan kekebalan anak sekolah dasar terhadap penyakit difteri dan tetanus (vaksin DT).
  3. Autisme adalah gangguan petumbuhan anak yang kronik dengan gejala utama gangguan interaksi sosial, komunikasi, serta keterbatasan perhatian dan aktifitas, biasanya terjadi pada usia di bawah 3 tahun.
  4. Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan kepada anak dengan maksud untuk mencegah penyakit campak, gondongan dan campak Jerman (German measles). Di Indonesia, vaksin MMR telah digunakan untuk imunisasi anak di berbagai rumah sakit dan klinik, walaupun belum termasuk dalam jenis vaksin yang digunakan dalam Program Imunisasi Nasional. Vaksin MMR yang dipasarkan di Indonesia telah mendapat izin edar setelah dilakukan evaluasi terhadap efektifitas, keamanan, dan mutu vaksin oleh Komite Nasional Penilai Obat Jadi (KOMNAS POJ). Di negara-negara maju, vaksin MMR digunakan secara luas untuk imunisasi anak.
  5. Keamanan vaksin MMR telah dibuktikan dengan berbagai penelitian di luar negeri. Penelitian yang dilakukan mencakup pengamatan pasca pemasaran (post marketing surveillance) selama 30 tahun terhadap 250 juta dosis vaksin MMR di lebih dari 40 negara di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Asia. Laporan terakhir mengenai keamanan vaksin telah pula dilakukan di Finlandia sejak tahun 1982 selama 14 tahun. Studi tersebut dilakukan pada 1,8 juta anak yang menggunakan 3 juta dosis vaksin MMR. Pemantauan dilakukan terhadap semua kejadian serius setelah imunisasi dan hasilnya menunjukkan tidak ada laporan kasus autisme yang berhubungan dengan penggunaan vaksin MMR. Hasil tersebut sesuai dengan Specific hypothesis driven studies yang pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan kajian tersebut diatas, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia mengambil kesimpulan bahwa tidak ada kaitan antara kejadian autisme pada anak dengan imunisasi MMR. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat Dan Makanan, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia akan terus memantau dan mengkaji efektifitas serta keamanan semua vaksin yang digunakan di Indonesia, termasuk vaksin MMR. Masyarakat dan segenap tenaga kesehatan di Indonesia diharapkan tidak perlu khawatir mengenai keamanan vaksin MMR.



2.4.3 Imunisasi Penyebab Autis ? Kekawatiran Terhadap Thimerosal DanAutis
         Dr Widodo Judarwanto SpA
Dari waktu ke waktu jumlah penyandang spektrum Autis tampaknya semakinmeningkat pesat. Autis seolah-olah mewabah ke berbagai belahan dunia. Dibeberapa negara terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme yang cukuptajam. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandaidengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Di Amerika Serikat disebutkan Autisterjadi pada 60.000 – 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lainmenyebutkan angka kejadian autis 10-20 kasus dalam 10.000 orang.
Kontroversi yang terjadi akhir-akhir ini berkisar pada kemungkinanhubungan Autis dengan imunisasi anak. Banyak orang tua menolak imunisasi karenamendapatkan informasi bahwa beberapa jenis imunisasi khususnya kandungan Thimerosaldapat mengakibatkan Autis. Akibatnya, anak tidak mendapatkan perlindunganimunisasi untuk menghindari penyakit-penyakit justru yang lebih berbahaya.Penyakit tersebut adalah hepatitis B, Difteri, Tetanus, pertusis, TBC dansebagainya. Banyak penelitian yang dilakukan secara luas ternyata membuktikanbahwa Autis tidak berkaitan dengan thimerosal. Memang terdapat teori ataukesaksian yang menunjukkan bahwa Autis dan berhubungan dengan thimerosal.
Thimerosal atau Thiomersal adalah senyawa merkuri organik atau dikenalsebagai sodium etilmerkuri thiosalisilat, yang mengandung 49,6% merkuri. Bahanini digunakan sejak tahun 1930, sebagai bahan pengawet dan stabilizer dalamvaksin, produk biologis atau produk farmasi lainnya. Thimerosal yang merupakanderivat dari etilmerkuri, sangat efektif dalam membunuh bakteri dan jamur danmencegah kontaminasi bakteri terutama pada kemasan vaksin multidosis yang telahterbuka. Selain sebagai bahan pengawet, thimerosal juga digunakan sebagai ageninaktivasi pada pembuatan beberapa vaksin, seperti pertusis aseluler ataupertusis ”whole-cell”. Food and Drug Administration (FDA) menetapkan peraturanpenggunaan thimerosal sebagai bahan pengawet vaksin yang multidosis untukmencegah bakteri dan jamur. Vaksin tunggal tidak memerlukan bahan pengawet.Pada dosis tinggi, merkuri dan metabolitnya seperti etilmerkuri danmetilmerkuri bersifat nefrotoksis dan neurutoksis. Senyawa merkuri ini mudahsekali menembus sawar darah otak, dan dapat merusak otak.
WHO (Worls Health Organization), FDA (Food and Drug Administration), EPA(US Enviromental Protection Agency), dan ATSDR Amerika Serikat (Agency forToxis Substances and Disease Registry) mengeluarkan rekomendasi tentang batasanpaparan etilmerkuri yang masih bisa ditoleransi antara 0,1 – 0,47 ug/kg beratbadan/hari. Kandungan yang ada di dalam vaksin adalah etilmerkuri bukanmetilmerkuri. Etilmerkuri hanya mempunyai paruh waktu singkat di dalam tubuh,sekitar 1,5 jam, selanjutnya akan dibuang melalui saluran cerna. Sedangkanmetilmerkuri lebih lama berada di dalam tubuh.
Pendapat yang mendukung Autis berkaitan dengan Thimerosal : Terdapatbeberapa teori, penelitian dan kesaksian yang mengungkapkan Autisme mungkinberhubungan dengan imunisasi yang mengandung Thimerosal. Toksisitas merkuripertama kali dilaporkan tahun 1960 di Minamata Jepang. Konsumsi ikan laut yangtercemari limbah industri, sehingga kadar merkuri yang dikandung ikan lauttersebut mencapai 11 mcg/kg dan kerang 36 mcg/kg (batas toleransi kontaminasisekitar 1 mcg/kg). Penelitian pada binatang ditemukan efek neurotoksiketilmerkuri dan metil merkuri. Ditemukan kadarnya di dalam otak cukup tinggipada metil merkuri. Hal ini menunjukkan bahwa merkuri dapat menembus sawardarah otak.
Saline Bernard adalah perawat dan juga orang tua dari seorang penderitaAutisme bersama beberapa orang tua penderita Autis lainnya melakukan pengamatanterhadap imunisasi merkuri. Mereka bersaksi di depan US House of Representatif(MPR Amerika) bahwa gejala yang diperlihatkan anak Autis hampir sama dengangejala keracunan merkuri. Beberapa orang tua penderita Autis di Indonesiapun,berkesaksian bahwa anaknya terkena autis setelah diberi imunisasi
Penelitian dan rekomendasi yang menentang Thimerosal menyebabkan Autis Sedangkanpenelitian yang mengungkapkan bahwa Thimerosal tidak mengakibatkan Autis jugalebih banyak lagi. Kreesten M. Madsen dkk dari berbagai intitusi di denmarkseperti Danish Epidemiology Science Centre, Department of Epidemiology andSocial Medicine, University of Aarhus, Denmark Institute for Basic PsychiatricResearch, Department of Psychiatric Demography, Psychiatric Hospital in Aarhus,Risskov, National Centre for Register-Based Research, University of Aarhus,Aarhus,Denmark, State Serum Institute, Department of Medicine, Copenhagen,Denmark mengadakan penelitian bersama terhadap anak usia 2 hingga 10 tahunsejak tahun 1970 hingga tahun 2000.
Mengamati 956 anak sejak tahun 1971 hingga 2000 anak dengan autis. Sejakthimerosal digunakan hingga tahun 1990 tidak didapatkan kenaikkan penderitaauitis secara bermakna. Kemudian sejak tahun 1991 hingga tahun 2000 bersamaandengan tidak digunakannya thimerosal pada vaksin ternyata jumlah penderitaAutis malah meningkat drastis. Kesimpulan penelitian tersebut adalah tidak adahubungan antara pemberian Thimerazol dengan Autis.
Stehr-Green P dkk, Department of Epidemiology, School of Public Healthand Community Medicine, University of Washington, Seattle, WA, bulan Agustus2003 melaporkan antara tahun 1980 hingga 1990 membandingkan prevalensi daninsiden penderita autisme di California, Swedia, dan Denmark yang mendapatkanekposur dengan imunisasi Thimerosal. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwainsiden pemberian Thimerosal pada Autisme tidak menunjukkan hubungan yangbermakna. Geier DA dalam Jurnal Americans Physicians Surgery tahun 2003,menungkapkan bahwa Thimerosal tidak terbukti mengakibatkan gangguanneurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan) dan penyakitjantung. Melalui forum National Academic Press tahun 2001, Stratton K dkkmelaporkan tentang keamanan thimerosal pada vaksin dan tidak berpengaruhterhadap gangguan gangguan neurodevelopment (gangguan perkembangan karenapersarafan).
Hviid A dkk dalam laporan di majalah JAMA 2004 mengungkapkan penelitianterhadap 2 986 654 anak pertahun didapatkan 440 kasus autis. Dilakukanpengamatan pada kelompok anak yang menerima thimerosal dan tidak menerimathimerosal. Ternyata tidak didapatkan perbedaan bermakna. Disimpulkan bahwapemberian thimerosal tidak berhubungan dengan terjadinya autis.
Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangatberbeda dengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannyamenyimpulkan tidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut, urin dandarah anak Autis. Pichichero melakukan penelitian terhadap 40 bayi usia 2-6bulan yang diberi vaksin yang mengandung thimerosal dan dibandingkan padakelompok kontrol tanpa diberi thimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadarthimerosal dalam tinja dan darah bayi tersebut. Ternyata thimerosal tidakmeningkatkan kadar merkuri dalam darah, karena etilmerkuri akan cepatdieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu masih banyak lagi penelitimelaporkan hasil yang sama, yaitu thimerosal tidak mengakibatkan Autis.
Bagaimana sikap kita sebaiknya ? Bila menyimak dan mengetahu kontroversitersebut tanpa memahami dengan jelas, maka masyarakat awam bahkan beberapaklinisipun jadi bingung. Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukungketerkaitan Autis dan imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yanglebih jelas. Maka, akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauhlebih berbahaya pada anak. Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentangThimerosal tidak mengakibatkan Autis secara epidemiologis lebih bisa dipercayauntuk menunjukkan sebab akibat. Laporan beberapa penelitian dan kasus jumlahnyarelatif tidak bermakna dan dalam populasi yang kecil. Hanya menunjukankemungkinan hubungan tidak menunjukkan sebab akibat. Beberapa institusi ataubadan kesehatan dunia yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi untuktetap meneruskan pemberian imunisasi MMR. Hal ini juga menambah keyakinan bahwamemang Thimerosal dalam vaksin memang benar aman.
Walaupun paparan merkuri terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagiankecil saja yang mengalami gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin berkaitandengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori Metalotionin.Metalothionein merupakan suatu rantai polipeptida liner tediri dari 61-68 asamamino, kaya sistein dan memiliki kemampuan untuk mengikat logam. Pada penderitaAutis tampaknya didapatkan adanya gangguan metabolisme metalotionin. Gangguanmetabolisme tersebut dapat mengakibatkan gangguan ekskresi (pengeluaran) logamberat (merkuri dll) dari tubuh anak autis. Gangguan itu mengakibatkanpeningkatan logam berat dalam tubuh yang dapat mengganggu otak, meskipun anaktersebut menerima merkuri dalam batas yang masih ditoleransi.
Pada anak sehat bila menerima merkuri dalam batas toleransi, tidakmengakibatkan gangguan. Melalui metabolisme metalotionin pada tubuh anak, logamberat tersebut dapat dikeluarkan oleh tubuh. Tetapi pada anak Autis terjadigangguan metabolisme metalotionin.Kejadian itulah yang menunjukkan bahwaimunisasi yang mengandung thimerosal harus diwaspadai pada anak yang beresikoAutis, tetapi tidak perlu dikawatirkan pada anak normal lainnya.
Penelitian atau pendapat beberapa kasus yang mendukung keterkaitanAutisme dengan imunisasi, tidak boleh diabaikan bergitu saja. Sangatlahbijaksana untuk lebih waspada, bila anak sudah mulai tampak ditemukanpenyimpangan perkembangan atau perilaku sejak dini. Dalam kasus tersebut untukmendapatkan imunisasi yang mengandung Thimerosal harus berkonsutlasi dahuludengan dokter anak. Mungkin harus menunda dahulu imunisasi yang mengandungthimerosal sebelum dipastikan diagnosis Autis dapat disingkirkan. Dalam halseperti ini, harus dipahami dengan baik resiko, tanda dan gejala autis sejakdini.
Bila anak tidak beresiko atau tidak menunjukkan tanda tanda diniterjadinya Autis maka tidak perlu kawatir untuk mendapatkan imunisasi tersebut.Kekawatiran terhadap imunisasi tanpa didasari pemahaman yang baik, akanmenimbulkan permasalahan kesehatan yang baru pada anak kita. Dengan menghindariimunisasi, beresiko terjadi akibat berbahaya dan dapat mengancam jiwa. Bilaanak terkena infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.

2.5 JadwalPemberian Imunisasi
  1. Jadwal pemberian Vaksin Hepatitis B diberikan dalam satu seri yang terdiri dari 3 kali suntik.
    • Pertama : Bila ibu adalah pembawa virus dalam darahnya, maka vaksin harus diberikan paling lama 12 jam setelah lahir. Tetapi bila ibu bukan pembawa virus, bisa diberikan pada kontrol di bulan pertama atau kedua.
    • Kedua : Kalau yang pertama diberikan segera setelah lahir, yang kedua diberikan antara bulan pertama dan kedua. Bila yang pertama diberikan setelah sebulan, maka yang kedua diberikan antara bulan ketiga dan keempat.
    • Ketiga : Diberikan pada usia 6 bulan untuk yang mendapatkan vaksin pertama sebelum usia 1 bulan. Untuk yang mendapatkan vaksin pertama setelah usia 1 bulan, diberikan pada usia antara 6 s/d 18 bulan.
    • Resiko yang mungkin timbul Resiko serius yang berkaitan dengan pemberian vaksin HBV sangat jarang terjadi. Biasanya efek samping hanya bagian bekas suntik menjadi kemerah-merahan.
    • Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila ada reaksi alergi serius terhadap suntikan vaksin.
    • Setelah pemberian  Setelah vaksinasi panas badan anak mungkin naik, dan juga daerah sekitar bekas suntikan menjadi merah. Untuk itu anda bisa memakai obat penurun panas (Tempra, Sanmol, dll), dan kompres dengan air hangat bagian bekas suntikan.
  2. Jadwal pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari 5 kali suntik. Yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Dianjurkan untuk mendapatkan vaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus) pada usia 11 s/d 12 tahun atau paling lambat 5 tahun setelah imunisasi DTP terakhir. Setelah itu direkomendasikan untuk mendapatkan Td setiap 10 tahun.
    • Resiko yang mungkin timbul Seringkali pemberian vaksin ini menimbulkan panas badan ringan atau panas di sekitar bekas suntikan yang diakibatkan oleh komponen pertussis dalam vaksin.
    • Menunda pemberian : Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila anak memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh secara normal, komponen pertussis dari vaksin dianjurkan untuk tidak diberikan danhanya DT (difteri & tetanus) saja. Bila setelah mendapatkan vaksin DTP (DTaP) timbul gejala seperti dibawah konsultasikan dengan dokter anak sebelum mendapatkan vaksin lainnya : kejang-kejang dalam 3 s/d 7 hari setelah imunisasi kejang-kejang yang makin memburuk dibanding sebelumnya apabila pernah mengalaminya reaksi alergi kesulitan makan atau gangguan pada mulut, tenggorokan atau muka panas badan lebih dari 40 derajat Celcius (105 derajat Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari pertama setelah imunisasi terus menangis lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelah imunisasi
    • Setelah pemberian : Anak mungkin mengalami panas badan ringan dan atau kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas badan kadangkala dokter anak memberikan resep obat sebelum imunisasi. Segera hubungi dokter anak anda apabila timbul gejala-gejala seperti diatas.
  3. HIB (Haemophilus Influenza Tipe B) Jadwal pemberian Diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan dan sekitar 6 bulan. Setelah itu diberikan sebagai penguat pada usia 12 s/d 15 bulan.
    • Resiko yang mungkin timbul Sangat sedikit sekali efek sampingan yang pernah ditemukan, kecuali kemerah-merahan dan nyeri pada bagian bekas suntikan atau panas badan ringan.
    • Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila ada reaksi alergi setelah imunisasi, maka pemberian vaksin Hib berikutnya harus dihentikan.
    • Setelah pemberian Persiapkan obat-obatan untuk penurun panas badan ringan.
  4. POLIO Jadwal pemberian Diberikan pada usia 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 12 s/d 18 bulan dan saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Imunisasi pertama dan kedua adalah IPV sedang dua terakhir dengan OPV. Namun apabila tidak ada gangguan dianjurkan untuk mendapatkan vaksin semuanya secara IPV. Untuk itu konsultasikan dengan dokter anak anda mana yang terbaik untuk kasus anak anda.
    • Resiko yang mungkin timbul Bagi anda yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio pada saat balita dianjurkan untuk imunisasi dengan IPV sebelum anak anda mendapatkan vaksin polio secara OPV. Ini untuk mencegah penularan virus polio hidup yang terkandung dalam vaksin OPV ke anda.
    • Menunda pemberian Apabila anak memiliki gangguan kekebalan tubuh, vaksin IPV lebih baik daripada OPV. Sebagai catatan, untuk anak-anak tipe ini harus dihindari kontak dengan anak lain yang baru saja menerima vaksin OPV sampai sekitar 2 minggu setelah vaksinasi. Vaksin IPV tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki alergi serius terhadap antibiotika neomycin atau streptomycin. Untuk itu sebaiknya diberikan vaksin tipe OPV.
    • Setelah pemberian Untuk IPV, sering menimbulkan panas badan ringan dan nyeri atau kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk OPV tidak ada gejala pasca imunisasi apapun.
  5. BCG Jadwal pemberian  Diberikan satu kali pada usia 2 bulan.
    • Resiko yang mungkin timbul Jarang ditemui adanya reaksi berlebihan terhadap vaksin ini.
    • Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan.
    • Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.
  6. MMR / CAMPAK Jadwal pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari dua kali pemberian. Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan dan saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun) atau pada usia 11 s/d 12 tahun.
    • Resiko yang mungkin timbul Jarang sekali timbul masalah serius akibat vaksin ini.
    • Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila memiliki alergi terhadap telur atau antibiotika neomycin. Bila menerima gamma globulin dalam selang waktu 3 bulan sebelum imunisasi. Bila memiliki gangguan kekebalan tubuh akibat kanker atau sedang menjalani terapi kemo atau radiasi.
    • Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.
Tabel jadwalimunisasi umum
JADWAL PEMBERIAN
JENIS VAKSIN
Waktu Lahir
BCG, HEPATITIS B (DOSIS I)
Umur 1 bulan
HEPATITIS B (DOSIS II)
Umur 2 bulan
DPT dan POLIO (DOSIS I)
Umur 3 bulan
DPT dan POLIO (DOSIS II)
Umur 4 bulan
DPT dan POLIO (DOSIS III)
Umur 5 bulan
POLIO (DOSIS IV)
Umur 6 bulan
HEPATITIS (DOSIS III)
Umur 9 bulan
CAMPAK
Umur 15 bulan
MMR
Umur 18 bulan
DPT (DOSIS IV), POLIO (DOSIS V)
Kelas 1 SD
DT (DOSIS I dan II)









BAB III
PENUTUP

Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatananak anda. Imunisasi bekerja dengan cara merangsang timbulmya kekebalan tubuhyang akan melindungi anak anda dari penyakit-penyakit sebagai berikut: polio,campak, gondongan, campak Jerman, influenza, tetanus, difteri dan pertusis(batuk rejan).
Tanpa pemberian vaksin, jumlah kematian anak-anak yang ditimbulkan olehpenyakit tersebut meningkat dan banyak orang yang mengalami komplikasi kroniksetelah menderita penyakit tersebut.

3.1 kesimpulan
Imunisasi bertujuan untuk merangsang system imunologi tubuh untukmembentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari seranganpenyakit. (Musa, 1985). Walaupun cakupan imunisasi tidak sama dengan 100%tetapi sudah mencapai 70% maka anal-anak yang tidak mendapatkan imunisasi punakan terlindungi oleh adanya suatu “herd immunity”.
Berdasarkan hasil penelitian Ibrahim (1991), menyatakan bahwa bilaimunisasi dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapatmenguragi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Pengertianteratur dalam hal ini adalah teratur dalam mentaati jadwal dan jumlah frekuensiimunisasi, sedangkan yang dimaksud imunisasi dasar lengkap adalah telahmendapat semua jenis imunisasi dasar (BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali danCampak 1 kali) pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan. Imunisasi dasaryang tidak lengkap, maksimal hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%.Sedangkan anak yang sama sekali tidak diimunisasi tentu tingkat kekebalannyalebih rendah lagi.
Pemberian tetanus toksoid pada ibu hamil dapat mencegah terjadinyatetanus neonatorum pada bayi baru lahir yang ditolong dengan tidak steril danpemotongan tali pusat memakai alat tidak steril. Imunisasi terhadap difteri danpertusis dimulai sejak umur 2-3 bulan dengan selang 4-8 minggu sebanyak 3 kaliakan memberikan perlindungan mendekati 100% sampai anak berusia 1 tahun.Imunisasi campak diberikan 1 kali akan memberikan perlindungan seumur hidup.Imunisasi poliomyelitis dapat memberikan perlindungan seumur hidup apabilatelah diberikan 4 kali. (Ibrahim, 1991).
Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yangtidak diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerimayang satu dengan penerima lainnya. Efek samping imunisasi yang dikenal sebagaiKejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events FollowingImmunization (AEFI) adalah suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerimaimunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi. Penyebab kejadian ikutanpasca imunisasi terbagi atas empat macam, yaitu kesalahan program/tehnikpelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan dan penyebab tidakdiketahui. Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dansistemik. Gejala lokal seperti nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan danindurasi pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejalagangguan pencernaan, lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan.

3.2 Saran
  1. Tingkat pendidikan ibu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
  2. Jarak rumah ke Puskesamas tidak mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
  3. Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh positip terhadap kelengkapan imunisasi dasar, yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi akan berpengaruh meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
  4. Motivasi ibu mempunyai pengaruh positip terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Yang berarti bahwa semakin baik motivasi ibu akan  berpengaruh meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
  5. Tenaga Kesehatan  Berupaya untuk meningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi dasar bagi bayi sehingga ibu yang mempunyai bayi berusaha meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi melalui penyuluhanpenyuluhan di masyarakat.
  6. Berupaya untuk meningkatan motivasi ibu dengan memberikan informasi tentang imunisasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi.
  7. Ibu yang mempunyai bayi Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang manfaat imunisasi bagi anaknya. Agar mempunyai motivasi yang besar dalam meningkatkan kesehatan bayi dan keluarganya
  8. Peneliti selanjutnya Diharapkan dapat menambah jumlah responden, lebih mespesifikkan jenis imunisasi, meneliti dengan variabel bebas yang baru, dsb.
  9. Diharapkan peneliti selanjutnya agar meneliti dengan menggunakan metode eksperimen dalam bentuk penyuluhan kesehatan.
  10. Dapat menjadi informasi dan data sekunder dalam pengembangan penelitian selanjutnya.














DAFTAR PUSTAKA


  1. Agung, I Gusti Ngurah, 2001. Statistika Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data Kategorik. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
  2. http://eprints.ums.ac.id/888/1/2008v1n1-02.pdf
  3. http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15&id=4
  4. http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/12/imunisasi-dan-faktor-yang-mempengaruhinya/
  5. http://www.ictjogja.net/kesehatan/C5_1.htm
  6. http://vinadanvani.wordpress.com/2008/02/20/jenis-imunisasi-yang-diawajibkan-dan-dianjurkan/
  7. http://m.infeksi.com/articles.php?lng=en&pg=15&id=13
  8. http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/imunisasi.pdf
  9. www.google.com

0 comments:

Post a Comment

Sample Text

Social Profiles

Arsip Blog

Pengikut

Guest Counter

Powered by Blogger.

Ads 468x60px

Popular Posts

Blog Archive

About

Featured Posts Coolbthemes