Tuesday, October 11, 2011

Sejarah Perkembangan Ilmu Akhlak


A.           Sejarah Singkat
Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak darikhuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Daripengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan ataunorma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga normayang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alamsemesta.[1] Sedangkan, Ilmu Akhlakadalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentangperkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Jadi ilmu akhlak adalah ilmuyang mempersoalkan baik buruknya amal.[2]
Akhlak dalam arti bahasa, sebenarnya sudah dikenalmanusia di atas permukaan bumi ini yaitu apa yang disebut dengan istilahadat-istiadat (tradisi) yang dihormati, baik dalam kehidupan pribadi, keluargadan masyarakat. Dalam keadaan terputusnya wahyu (zaman fatrah) maka tradisiitulah yang dijadikan tolak ukur dan alat penimbangan norma pergaulan kehidupanmanusia, terlepas dari segi apakah itu baik atau buruk menurut setelah datangwahyu.

Kalau kita memperhatikan bangsa arab di zamanjahiliyah, misalnya: mereka sudah memiliki perangai halus dan rela dalam  kehidupan baik dan kemuliaan cukup. Tetapijuga pemarah luar biasa, perampok, perampas, karena kejahatan mengancam diriatau kabilahnya. Hal ini Nampak dalam puisi-puisi mereka sebagai bangsa yangbuta huruf, tetapi daya ingatan dan hafalan mereka sangat kuat. Misalnya:Zuhair ibnu abi Salam mengatakan: “Barang siapa menepati janji tidak kan tercela dan barangsiapa membawa hatinya menuju kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu”.
Bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki dalam kadaryang minimal pemikiran dalam bidang akhlak. Pengetahuan tentang berbagai macamkeutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnyabelum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosofzaman kuno. Sewaktu islam datang yang dibawa oleh Muhammad SAW, maka Islamtidak menolak setiap kebiasaan yang terpuji yang terdapat pada bangsa Arab,Islam datang kepada mereka membawa akhlak yang mulia yang menjadi dasarkebaikan hidup seseorang, keluarga, handai tolan, umat manusia serta alamseluruhnya. Setelah Al-qur’an turun maka lingkaran bangsa Arab dalam segiakhlak dari segi sempit menjadi luas dan berkembang, jelas arah dan sasarannya.[3]
B.           Perkembangan ilmu akhlak
1.    Sejarah Akhlak pada Fase Yunani
       Perkembanganilmu akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya apa yang disebutSophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana (500-450 SM). Sedangkan sebelumitu di kalangan bangsa Yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak,karena pada masa itu perhatian mereka tercurah pada penyelidikannya mengenaialam.
     Dasar yangdigunakan para pemikir Yunani dalam membangun Ilmu akhlak adalah pemikiranfilsafat tentang manusia. Ini menunjukkan bahwa ilmu akhlak yang mereka bangunlebih bersifat filosofis, yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian secaramendalam terhadap potensi kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia ataubersifat antropo-sentris, dan mengesankan bahwa masalah akhlak adalah sesuatuyang fitri, yang akan ada dengan adanya manusia sendiri, dan hasil yangdidapatnya adalah ilmu akhlak yang berdasar pada logika murni.
     Pandangandan pemikiran filsafat yang dikemukakan para filosof Yunani itu secararedaksional berbeda-beda, tetapi substansi dan tujuannya sama, yaitu menyiapkanangkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalis yang baik, merdeka, danmengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.[4]
     Ada beberapa ahli-ahli fikir Yunani yang menyingkapkan pengetahuanakhlak,di antaranya:
1.    Socrates(469 - 399 SM). Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak, karena ia yangpertama kali berusaha sungguh-sungguh membentuk pola hubungan antar manusiadengan dasar ilmu pengetahuan. Sehingga ia berpendapat bahwa keutamaan ituadalah ilmu. Namun demikian, para peneliti terhadap pemikiran Socrates ada yangmengatakan bahwa Socrates tidak menunjukkan dengan jelas tujuan akhir dariakhlak dan tidak memberikan patokan-patokan untuk mengukur segala perbuatan danmenghukumkannya baik atau buruk. Akibatnya, maka timbullah beberapa golonganyang mengemukakan berbagai teori tentang akhlak yang dihubungkan pada Socrates.
          Golongan terpenting yang lahir setelahSocrates adalah Cynics dan Cyrenics. Keduanya dari pengikut Socrates. GolonganCynics di bangun oleh Antistenes (414 - 370 SM). Menurut golongan ini bahwaketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan, dan sebaik-baik manusia adalahorang yang berperangai dengan akhlak ke Tuhanan. Maka ia mengurangikebutuhannya sedapat mungkin rela dengan sedikit, suka menanggung penderitaandan mengabaikannya. Di antara pemimpin paham golongan Cynics yang terkenaladalah Diagenes yang meninggal pada tahun 323 SM. Dia memberi pelajaran padakawan-kawan supaya membuang beban yang ditentukan oleh ciptaan manusia danperanannya. Dia memakai pakaian yang kasar makan-makanan yang buruk dan tidurdi atas tanah. Adapun golongan “Cyrenics” di bangun oleh Aristippus yang lahirdi Cyrena (kotaBarka di utara Afrika).  Golongan iniberpendapat bahwa mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah merupakansatu-satunya tujuan hidup yang benar dan perbuatan itu dinamai utama bilatimbul kelezatan yang lebih besar dari kepedihan.
          Keduagolongan tersebut, sama-sama bicara tentang perbuatan yang baik, utama danmulia. Golongan pertama, Cynics bersikap memusat pada Tuhan (teo-sentris)dengan cara manusia berupaya mengindentifikasi sifat Tuhan danmengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. sedangkan golongan kedua,Cyrenics bersikap memusat pada manusia (antro-pocentris) dengan cara manusiamengoptimalkan perjuangan dirinya dan memenuhi kelezatan hidupnya.[5]
2.    Plato(427 – 347 SM). Seorang filsafatAthena dan murid dari Socrates, bukunya yang terkenal adalah “Republic”.Ia membangun ilmu akhlak melalui akademi yang ia dirikan. Pandangannya dalamakhlak berdasar dari “teori contoh” bahwa di balik alam ini ada alamrohani sebagai alam yang sesungguhnya. Dan di alam rohani ini ada kekuatan yangbermacam-macam, dan kekuatan itu timbul dari pertimbangan tunduknya kekuatanpada hokum akal.
                   Dia berpendapat bahwapokok-pokok keutamaan ada empat antara lain:
a)      Hikmah/kebijaksanaan,
b)       Keberanian,
c)       Keperwiraan
d)      Keadilan.
               Keempat-empatnya itu adalah tiangpenegak bangsa-bangsa dan perseorangan.[6]Di dalam beberapa bangsa kita mengathui bhawa kebijaksanaan itu utama bagi parahakim, keberanian itu utama bagi para tentara, perwira itu utama bagi rakyatdan adil itu utama bagi semua. Pokok-pokok keutamaan itu membatasu bagitiap-tiap manusia akan perbuatannya, dan mengharap agar ia melakukannya dengansebaik-baiknya. Selain itu Plato juga mengatakan bahwa akhlak termasuk kategorikeindahan. [7]
3.    Aristoteles( 394 – 322 SM), dia murid Plato yang membangun suatu paham yang khas, yangmana pengikutnya diberi nama dengan “Peripatetics” karena mereka memberikanpelajaran sambil berjalan, atau karena ia mengajar di tempat berjalan yangteduh. Dia menyelidiki dalam akhlak dan mengarangnya. Dan ia berpendapat bahwatujuan terakhir yang dikehendaki manusia mengenai segala perbuatannya ialah“bahagia”. Akan tetapi pengertiannya tentang bahagia lebih luas dan lebihtinggi dari pengikut paham utilitarianism dalam zaman baru ini. Dan menurutpendapatnya jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akalpikiran sebaik-baiknya.
                   Selainitu  Aristoteles ialah pencipta teoriserba tengah tiap-tiap keutamaan adalah tengah-tengah diantara kedua keburukan,seperti dermawan adalah tengah-tengah antara boros dan kikir, keberanian adalahtengah-tengah antara membabi buta dan takut.
                   Setelah Aristoteles dating“Stoics” dan “Epicuric”. Mereka berbeda penyelidikannya dalam akhlak “Stoics”berpendirian sebagai paham “Cynics”, dan paham “Stoics” ini diikuti oleh banyakahli filsafat di Yunani dan Romawi. Dan pengikutnya yang termasyhur padapermulaan kerajaan Romeialah Seneca (6 SM-65 M), dll. Adapun “Epicuric”, maka mereka mendasarkanpelajarannya menurut pelajaran Cyrenics. Pendiri paham mereka ialah“Epicuric”.di antara pengikutnya dalam zaman baru ini ialah “Gassendi” seorangfilsafat Perancis (1592-1656).
       Padaakhir abad yang ketiga Masehi tersiarlah kabar Agama Nasrani di Eropa. Agamaitu dapat merubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok akhlak yang tercantumdi dalam Taurat. Demikan juga memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhansumber segala akhlak. Tuhan yang memberi segala patokan yang harus kitapelihara Dalam bentuk perhubungan kita, dan yang menjelaskan arti baik danburuk, baik menurut arti yang sebenarnya ialah kerelaan Tuhan dan melaksanakanperintah-perintah-Nya.[8]
2.    Sejarah Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan)
Kehidupanmasyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada waktu itugereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gerejaberkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apayang  telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh kerana itutidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian.Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan doktrinuang dikeluarkan oleh gereja, atau memiliki perasaan dan menguatkan pendapatgereja. Diluar ketentuan seperti itu penggunaan filsafat tidak diperkenankan.
Namun demikiansebagai dari kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran Plato, Aristoteles dan Stoics untuk memperkuat ajaran gereja, danmencocokkannya dengan akal. Filsafat yang menentang Agama Nashrani dibuangjauh-jauh.
Dengan demikianajaran  akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaranakhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nashrani.Diantara merka yang termasyhur ialah Abelard,sorang ahli filsafat Perancis (1079-1142) dan ThomasAquinas, seorang ahli filsafat Agama berkebangsaan Italia (1226-1274).
Corak ajaran akhlakyang sifatnya perpaduan antara pemikiran filsafat Yunani dan ajaran agama itu,nantinya akan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam Islamsebagaimana terlihat pada pemikiran aklhlak yang dikemukakan kaum Muktazilah.[9]
1.    SejarahAkhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab padaZaman Jahiliyah tidak ada yang menonjol dalam segi filsafat sebagaimana BangsaYunani (Socrates, Plato dan Aristoteles), Tiongkok dan lain-lainnya. Disebabkankarena penyelidikan akhlak terjadi hanya pada Bangsa yang sudah majupengetahuannya. Sekalipun demikian, Bangsa Arab waktu itu ada yang mempunyaiahli-ahli hikwah yang menghidangkan syair-syair yang mengandung nilai-nilaiakhlak.
Adapun sebagiansyair dari kalangan Bangsa Arab diantaranya: Zuhair ibn Abi Salam yangmengatakan: ”barang siapa menepati janji, tidak akan tercela; barang siapa yangmembawa hatinya menunjukkan kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu”.Contoh lainnya, perkataan Amir ibnu Dharb Al-Adwany ”pikiran itu tidurdan nafsu bergejolak. Barang siapa yang mengumpulkan suatu antara hak dan batiltidak akan mungkin terjadi dan yang batil itu lebih utama buatnya. Sesungguhnyapenyelesaian akibat kebodohan”.
Dapat dipahamibahwa bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki kadar pemikiran yang minimalpada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan danmengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belumsebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof Yunanikuno. Dalam syariat-syariat mereka tersebut saja sudah ada muatan-muatan akhlak.
Memang sebelumIslam, dikalangan bangsa Arab belum diketahui adanya para ahli filsafat yangmempunyai aliran-aliran tertentu seperti yang kita ketahui pada bangsa Yunani,seperti Epicurus, Plato, zinon, dan Aristoteles, karena penyelidikan secarailmiah tidak ada, kecuali sesudah membesarnya perhatian orang terhadap ilmukenegaraan.[10]
                               Setelah sinarIslam memancar, maka berubahlah suasana laksana sinar matahari menghapuskankegelapan malam, Bangsa Arab kemudian tampil maju menjadi Bangsa yang unggul disegala bidang, berkat akhlak karimah yang diajarkan Islam.
Firman Allah yang mengungkaptentang “Akhlak” yaitu Surat An-Nahl ayat 90:

              Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allahmelarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberipengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.[11]

3.    AkhlakPeriode Abad Modern
Pada abad pertengahan ke-15mulailah ahli-ahli pengetahuan menghidup suburkan filsafat Yunani kuno. Italijuga kemudian berkembang di seluruh Eropa. Kehidupan mereka yang semula terikatpada dogma kristiani, khayal dan mitos mulai digeser dengan memberikan peranyang lebih besar kepada kemampuan akal pikiran.
Di antara masalah yang merekakritik dan dilakukan pembaharuan adalah masalah akhlak.  Akhlak yang mereka bangun didasarkan padapenyelidikan menurut kenyataan empiric dan tidak mengikuti gambaran-gambarankhayalan, dan hendak melahirkan kekuatan yang ada pada manusia, dihubungkan denganpraktek hidup di dunia ini. Pandangan baru ini menghasilkan perubahan dalammenilai keutamaan-keutamaan kedermawanan umpamanya tidak mempunyai lagi nilaiyang tinggi sebagaimana pada abad-abad pertengahan, dan keadilan social menjadidi perolehnya pada masa yang lampau. Selanjutnya pandangan akhlak merekadiarahkan pada perbaikan yang bertujuan agar mereka menjadi anggota masyarakatyang mandiri.[12]
Ahli filsafat Perancis yaituDesrates (1596-1650 M), termasuk pendiri filsafat baru dalam Ilmu Pengetahuandan Filsafat. Ia telah menciptakan dasar-dasar baru, diantaranya:
1.    Tidakmenerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata adanya. Dan apa yangdidasarkan kepada sangkaan dan apa yang tumbuhnya dari adat kebiasaan saja,wajib di tolak.
2.    Didalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-kecilnya yangsemudah-mudahnya, lalu meningkat kearah yang lebih banyak susunannya dan lebihdekat pengertiannya, sehingga tercapai tujuan kita.
3.    Wajibbagi kita jangan menetapkan sesuatu hokum akan kebenaran sesuatu soal, sehinggamenyatakannya dengan ujian. Descartes dan pengikut-pengikutnya suka kepadapaham Stoics, dan selalu mempertinggi mutu pelajarannya sedang Gassendi danHobbes dan pengikutnya suka kepada paham Epicurus dan giat menyiarkan aliranpahamnya.
Kemudian lahir pula Bentham(1748-1832) dan John Stoart Mill (1806-1873). Keduanya berpindah paham darifaham Epicurus ke faham Utilitarianim.
Setelah keadaannya muncul Green(1836-1882) dan Hebbert Spencer (1820-19030, keduanya mencocokkan fahampertumbuhan dan peningkatan atas akhlak sebagaimana yang kita ketahui.
C.  PerkembanganAkhlak Dalam Berbagai Ajaran Agama
a.             Akhlak dalam ajaran agama Hindu
                        AjaranHindu berdasarkan kepada Kitab Veda (1500 SM, disamping mengandung dasar-dasarketuhanan, juga mengajarkan prinsip-prinsip etika yang wajib dipegang teguholeh pengikut. Etika mereka sandarkan kepada ajaran ketuhanan yang mereka anutyang termaktub dalam kitab Veda tersebut.
                        Prinsiptersebut ialah sifat patuh dan disiplin dalam melaksanakan upacara-upacaraajarannya sebagaimana mestinya. Manakala seseorang dapat melaksanakan kewajibantersebut dengan sempurna, dapatlah di pandang sebagai orang yang mencapaiderajat kemuliaan yang sesungguhnya. Sebaliknya barang siapa melalaikan haltersebut, kurang hati-hati atau salah dalam mengerjakan upacara keagamaan, makahal itu berarti dosa dan sumber terbitnya kejelekan.
                        Dengandemikian, prinsip etika Hindu ialah bahwa peraturan ajaran dipandang sebagaisumber segala sumber segala kemuliaan akhlak manusia.[13]
b.            Akhlak dalam ajaran Ibrani
                        BangsaIbrani yang popular dengan nama Bani Israil, mengaku berdasarkan akhlak merekakepada ajaran Yahudi yang disandarkan kepada ajaran Nabi Musa dalam kitabTaurat.
                        BaniIsrail adalah bangsa yang telah memperoleh nikmat keutamaan dan keunggulandibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Dari lingkungan mereka banyak dibangkitkan Rasul dan Nabi, diberikan kitab dan nikmat, kekuasaan, rizki dankecerdasan. Tetapi segolongan dari pada bangsa ini tidak tahu menimbang rasadan pelupa budi serta tidak syukur atas nikmat Allah. Bahkan dengan kenikmatanitu mereka menjadi sombong dan angkuh, merubah kitab suci, dan berbuatkerusuhan di muka bumi.
                        Sebenarnyamereka telah dibekali dengan prinsip-prinsip akhlak yang bersumber dari ajaranAllah melalui Rasul-Rasul dan mereka mengakui dirinya sebagai bangsa yangberakhlak yang berdasarkan ajaran Allah. Tetapi karena mereka keluar dari garisakhlakul karimah maka Allah menyiksa mereka dengan penderitaan-penderitaan yangluar biasa, lebih dari yang dialami oleh bangsa-bangsa lain. Dalam teori merekamengaku menganut prinsip-prinsip akhlakul karimah tetapi dalam prakteknyamereka melakukan akhlakul madzmumah.[14]
c.             Akhlak dalam ajaran Kong Fu Tse(Konfucius)
                        Sejakabad ke 5 sebelum Masehi di negeri Tiongkok berkembang suatu ajaran yangberakar pada Lao Tse yang kemudian dikembangkan oleh muridnya yang bernama KongFu Tse (kongfucius) (1551-478 SM). Sebagian orang memandang ajaran inididasarkan filsafat dan sebagian memandang bercorak agama.
                        MenurutKonfucius, tidak ada alternative lain untuk membangun akhlak yang rusak selain3 (tiga) perkara:
1.    Pergimenyendiri beribadat kepada Tuhan seperti yang telah diperbuat oleh Lao Tse.
2.    Mengundangrakyat menghadiri pertemuan-pertemuan terbuka dan disana memberikankursus-kursus akhlak.
3.    Membawadiri-sendiri, baik pemerintah maupun cendekiawan, para pembesar dan diplomat,melaksanakan akhlak yang setinggi-tingginya dalam kehidupan sehari-hari
                        Demikianlahkonfucius dengan segala kesanggupannya yang berusaha menarik perhatian ummat kejurusan undang-undang umumnya.[15]
d.            Akhlak dalam ajaran agama Nasrani(Masehi)
                        Padaakhir abad ke 3 Masehi tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama ini telahberhasil mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok ajaran akhlakyang terdapat dalam kitab taurat dan injil. Menurut agama ini, bahwa Tuhanadalah sumber akhlak. Tuhanlah yang menentukan dan membentuk patokan-patokanakhlak yang harus di pelihara dan di laksanakan dalam kehidupan socialkemasyarakatan.
                        Selainitu agama Nasrani menghendaki agar manusia berusaha sungguh-sungguh mensucikanroh yang terdapat pada dirinya dari perbuatan dosa, baik dalam bentuk pemikiranmaupun perbuatan. Dengan demikian agama ini menjadikan roh sebagai kekuasaanterhadap diri manusia, yaitu suatu kekuasaan yang dapat mengalahkan nafsusyahwat. Akibt dari paham akhlak yang demikian itu, kebanyakan para pengikutpertama dari agama ini suka menyiksa dirinya, menjauhi dunia fana beribadah,Zuhud, dan hidup menyendiri. [16]
e.             Akhlak dalam ajaran agama Islam
                        Ajaranakhlak menurut bentuknya yang sempurn pada agama Islam dengan titik pangkalnyapada Tuhan dan akal manusia. Agama Islam pada intinya mengajak manusia agarpercaya kepada Tuhan dan mengikutinya bahwa Dia-lah Pencipta, Pelindung,Pengasih, Pemberi Rahmat, dan Penyayang terhadap segala makhluk-Nya.
                        Selainitu, agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna danmemuat ajaran yang menuntut umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Dansemua itu terkandung dalam ajaran Al-Qur’an yang diturunkan Allah dan ajaransunnah yang di datangkan dari Nabi Muhammad SAW.
                        Al-Qur’anadalah sumber utama dan mata air yang memancarkan agama islam. hukum-hukumIslam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokokakhlak dan perbuatan yang dapat di jumpai sumber yang aslinya di dalamAl-Qur’an.[17]


[1] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq,Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2006, 1.
[2] Barmawi Umary, MateriaAkhlak, Solo: CV. Ramadhani, 1989,1.
[3] Siti Aminah Sahal, DiktatKuliyah Akhlaq, Ponorogo: IAIN Sunan Ampel Ponorogo, 1985, 41.
[4]Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf (Nilai-nilai akhlak/budipekerti dalam ibadatdan tasawuf), Jakarta: PT Karya Mulia, 2005, 34-35.
[5] Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. PustakaSetia, 1997, 41-42.
[6] AbjanSoleiman, Ilmu Akhlak (Ilmu Etika), Jakarta:Dinas Rawatan Rohani Islam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, 1976,  28.
[7] Murtadha Muthahhari, FalsafahAkhlak, Bandung:Pustaka Hidayah, 1995, 37-38.
[8] Mustofa, 45.
[9] Abudin Nata, Akhlak Tasawuf,Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1997, 65-66.
[10] ZahruddinAR,dkk,Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2004)hal: 25-27.
[11] Depag RI, Al-Qur’andan Terjemahan, 1971,  415.
[12] Abudin Nata, 80-81.
[13] Siti Aminah Sahal, 50
[14] Ibid, 51
[15] Ibid, 53.
[16] Ibid, 55.
[17] Ibid, 57-58.

0 comments:

Post a Comment

Sample Text

Social Profiles

Arsip Blog

Pengikut

Guest Counter

Powered by Blogger.

Ads 468x60px

Popular Posts

Blog Archive

About

Featured Posts Coolbthemes