Monday, October 17, 2011

Sastra, Sesuatu yang Agung*



Membaca secara mendalam keberagaman pengertiansastra yang tersuguh dalam lembaran fotocopy yang diberikan sebagai tugas pemenuhan mata kulian Teori Sastra, terdapat sebuah gambarandalam tempurung kepala saya. Dalam gambaran tersebut, muncul sebuah matrikulasiwilayah sastra, sesuai pelaku sastra, yang dalam makalah, disebut dengankelompok masyarakat, sebagai berikut:
Masyarakat Pencipta                                         à   Teori Sastra
Masyarakat Pembaca dan Pengkritik             à Sejarah danKritik Sastra yang  
       menghasilkan teori
Maka dari itu, tidaklah dapat disisahkan ketigaperan kelompok masyarakat tersebut. Karena antara satu dan lainnya salingmemberikan suplemen yang mampu menjadikan sastra sebagai sesuatu yang agung.Sedikit kemungkinan seorang pencipta dalam wilayah sastra menghasilkan karyayang sesuai dengan minat pembaca dan moodpublik, tanpa menggunakan teori yang telah disepakati oleh para ahli. Walaupuntidak sedikit seorang pencipta bergerak bebas yang acuh dengan segala halteori, dan akhirnya menawarkan sebuah teori baru sebagai bentuk kredo dalamkarya-karyanya. Dan ini merupakan sebagian kecil dari keagungan ‘sastra’.Karena sejarah sastra menyebutkan, bahwa sastra merupakan sebuah ciptaan,sebuah kreasi. Bukan imitasi.

Banyaknya pengertian tentang ‘sastra’ dan‘kesusastraan’, adalah makna sastra dengan sendirinya. Tidak menutupkemungkinan, seseorang akan terpuaskan dengan satu wilayah makna saja, akantetapi tidak menjangkau sisi lain dari pemaknaan ‘sastra’. Coba kita ambil daricontoh pengertian yang pertama: Sastra berarti karangan yang baik dan indah.Nah, ‘baik’ dan ‘indah’ yang mana? Menurut siapa? Apakah semua karangan yangbaik dan indah disebut sastra? Bukankah karya penulis di majalah-majalah pornojuga ‘indah’ dan bahkan ‘baik’ bagi pembacanya?
Maka kemudian, perlulah kita menggunakan definisilain untuk melengkapinya. Misalnya definisi yang menyebutkan: sastra adalahsemua buku (karya) dengan perasaan mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhankesucian, keleluasaan dan bentuk yang mempesona. Dari kalimat ‘kebenaran moraldengan sentuhan kesucian’ maka jelaslah wilayah ‘baik’ dan ‘indah’ yangdimaksud pada pengertian yang pertama. Itulah mengapa saya menyimpulkan makalahyang diberikan oleh dosen mata kuliah ‘teori sastra’, bahwa sastra sebagaisesuatu yang agung.

0 comments:

Post a Comment

Sample Text

Social Profiles

Arsip Blog

Pengikut

Guest Counter

Powered by Blogger.

Ads 468x60px

Popular Posts

Blog Archive

About

Featured Posts Coolbthemes