Thursday, October 6, 2011

Sejarah Suram Ikhwanul Muslimin

Pemikiran dan buku tokoh-tokoh mereka, semacam Hasan Al-Banna, Sayyid Quthub,Said Hawwa, Fathi Yakan, Yusuf Al-Qardhawi, At-Turabi tersebar luas denganberbagai bahasa, sehingga sempat mewar-nai gerakan-gerakan dakwah di berbagainegara.
Ikhwanul Muslimin, gerakan ini tidak bisa lepas dari sosok pendirinya, HasanAl-Banna. Dialah gerakan Ikhwanul Muslimin dan Ikhwanul Muslimin adalah dia.Karismanya benar-benar tertanam di hati pengikut dan simpatisannya, yangkemudian senantiasa mengabadikan gagasan dan pemikiran Al-Banna di medan dakwahsepeninggalnya.
Untuk mengetahui lebih dekat hakikat gerakan ini, mari kita simak sejarahsingkat Hasan Al-Banna dan berdirinya gerakan Ikhwanul Muslimin.

Kelahirannya
Hasan Al-Banna dilahirkan pada tahun 1906 M, di sebuah desa bernamaAl-Mahmudiyyah, yang masuk wilayah Al-Buhairah. Ayahnya seorang yang cukupterkenal dan memiliki sejumlah peninggalan ilmiah seperti Al-Fathurrabbani FiTartib Musnad Al-Imam Ahmad Asy-Syaibani, beliau adalah Ahmad bin AbdurrahmanAl-Banna yang lebih dikenal dengan As-Sa’ati.



Pendidikannya
Ia mulai pendidikannya di Madrasah Ar-Rasyad Ad-Diniyyah dengan menghafalAl-Qur`an dan sebagian hadits-hadits Nabi serta dasar-dasar ilmu bahasa Arab,di bawah bimbingan Asy-Syaikh Zahran seo-rang pengikut tarekat shufiAl-Hashafiyyah. Al-Banna benar-benar terkesan dengan sifat-sifat gurunya yangmendidik, sehingga ketika Asy-Syaikh Zahran menyerahkan kepemimpinan Madrasahitu kepada orang lain, Hasan Al-Banna pun ikut meninggalkan madrasah.
Selanjutnya ia masuk ke Madrasah I’dadiyyah di Mahmudiyyah, setelah berjanjikepada ayahnya untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur`an-nya di rumah. Tahun ketigadi madrasah ini adalah awal perke-nalannya dengan gerakan-gerakan dakwahmelalui sebuah organisasi, Jum’iyyatul Akhlaq Al-Adabiyyah, yang dibentuk olehguru matematika di madrasah tersebut. Bahkan Al-Banna sendiri terpilih sebagaiketuanya. Aktivitasnya terus berlanjut hingga ia bergabung dengan organisasiMan’ul Muharramat.
Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Madrasah Al-Mu’allimin Al-Ula di kotaDamanhur. Di sinilah ia berkenalan dengan tarekat shufi Al-Hashafiyyah. Iaterkagum-kagum dengan majelis-majelis dzikir dan lantunan nasyid yangdidendangkan secara bersamaan oleh pengikut tarekat tersebut. Lebih tercenganglagi ketika ia dapati bahwa di antara pengikut tarekat tersebut ada gurulamanya yang ia kagumi, Asy-Syaikh Zahran. Akhirnya Al-Banna bergabung dengantarekat tersebut. Sehingga ia pun aktif dan rutin mengamalkan dzikir-dzikirAr-Ruzuqiyyah pagi dan petang hari. Tak ketinggalan, acara maulud Nabipun rutinia ikuti: “…Dan kami pergi bersama-sama di setiap malam ke masjid SayyidahZainab, lalu melakukan shalat ‘Isya di sana. Kemudian kami keluar dari masjiddan membuat barisan-barisan. Pimpinan umum Al-Ustadz Hasan Al-Banna maju danmelantunkan sebuah nasyid dari nasyid-nasyid maulud Nabi, dan kamipunmengikutinya secara bersamaan dengan suara yang nyaring, membuat orang melihatkami,” ujar Mahmud Abdul Halim dalam bukunya. (Al-Ikhwanul Muslimun AhdatsShana’at Tarikh, 1/109)

0 comments:

Post a Comment

Sample Text

Social Profiles

Arsip Blog

Pengikut

Guest Counter

Powered by Blogger.

Ads 468x60px

Popular Posts

Blog Archive

About

Featured Posts Coolbthemes