Wednesday, October 5, 2011

SEJARAH WALI SONGO


WALI SONGO - MISTERIISLAMISASI JAWA

Sebelumsaya sampaikan tanggapan dan komentar saya terhadap buku berjudul "SyekhSiti Jenar, Ajaran dan Jalan Kematian", karya Dr Abdul Munir Mulkhan, sayasampaikan dulu mengapa saya bersedia ikut menjadi pembahas buku tersebut. Tentusaja saya mengucapkan terima kasih kepada panitia atas kepercayaan yangdiberikan kepada saya di dalam acara launching buku yang katanya sangat larisini.

Sayamasuk Fakultas Kehutanan UGM tahun 1965, memilih Jurusan Manajemen Hutan.Sebelum lulus saya diangkat menjadi asisten, setelah lulus mengajar Perencanaandan Pengelolaan Hutan. Pada waktu ada Kongres Kehutanan Dunia VIII di Jakartatahun 1978, orientasi sistem pengelolaan hutan mengalami perubahan secarafundamental. Kehutanan tidak lagi hanya dirancang berdasarkan ilmu teknikkehutanan konvensional, melainkan harus melibatkan ilmu sosial ekonomimasyarakat. Sebagai dosen di bidang itu saya lalu banyak mempelajari hubunganhutan dengan masyarakat mulai jaman kuno dulu. Di situ saya banyak berkenalandengan sosiologi dan antropologi. Khusus dalam mempelajari sejarah hutan diJawa, banyak masalah sosiologi dan antropologi yang amat menarik.


Kehutanandi Jawa telah menyajikan sejarah yang amat panjang dan menarik untuk menjadiacuan pengembangan strategi kehutanan sosial (social forestry strategy) yangsekarang sedang dan masih dicari oleh para ilmuwan. Belajar sejarah kehutananJawa tidak dapat melepaskan diri dengan sejarah bangsa Belanda. Dalam mempelajarisejarah Belanda itu, penulis sangat tertarik dengan kisah dibawanya buku-bukudan Sunan Mbonang di Tuban ke negeri Belanda. Peristiwa itu sudah terjadi hanyadua tahun setelah bangsa Belanda mendarat di Banten. Sampai sekarang bukutersebut masih tersimpan rapi di Leiden,diberi nama "Het Book van Mbonang", yang menjadi sumber acuan bagipara peneliti sosiologi dan antropologi.

Bukuserupa tidak dijumpai sama sekali di Indonesia. Kolektor buku serupajuga tidak dijumpai yang berkebangsaan Indonesia. Jadi seandainya tidakada "Het Book van Mbonang", kita tidak mengenal sama sekali sejarahabad ke-16 yang dilandasi dengan data obyektif Kenyataan sampai kita tidakmemiliki data obyektif tentang Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kalijogo, danjuga tentang Syekh Siti Jenar.

Olehkarena itu yang berkembang lalu kisah-kisah mistik bercampur takhayul, termasukmisteri Syekh Siti Jenar yang hari ini akan kita bicarakan. Kisah Walisongoyang penuh dengan mistik dan takhayul itu amat ironis, karena kisah tentang awalperkembangan Islam di Indonesia, sebuah agama yang sangat keras antikemusyrikan.

Pembawarisalah Islam, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang lahir 9 abad sebelumera Wallsongo tidak mengenal mistik. Beliau terluka ketika berdakwah di Tha'if,beliau juga terluka dan hampir terbunuh ketika perang Uhud.  Tidak seperti kisah Sunan Giri, yang ketikadiserang pasukan Majapahit hanya melawan tentara yang jumlahnya lebih banyakitu dengan melemparkan sebuah bollpoint ke pasukan Majapahit. Begitu dilemparkanbollpoint tersebut segera berubah menjadi keris sakti, lalu berputar-putarmenyerang pasukan Majapahit dan bubar serta kalahlah mereka. Keris itu kemudiandiberi nama Keris Kolomunyeng, yang oleh Kyai Langitan diberikan kepadaPresiden Gus Dur beberapa bulan lalu yang antara lain untuk menghadapi SidangIstimewa MPR yang sekarang sedang digelar, dan temyata tidak ampuh.

KisahSunan Kalijogo yang paling terkenal adalah kemampuannya untuk membuat tiangmasjid dari tatal dan sebagai penjual rumput di Semarang yang diambil dari Gunung Jabalkat.Kisah Sunan Ampel lebih hebat lagi; salah seorang pembantunya mampu melihatMasjidil Haram dari Surabayauntuk menentukan arah kiblat. Pembuat ceritera ini jelas belum tahu kalau bumiberbentuk bulat sehingga permukaan bumi ini melengkung. Oleh karena itu tidakmungkin dapat melihat Masjidil Haram dari Surabaya.

Islamjuga mengajarkan bahwa Nabi lbrahim ‘Alaihi Sallam, yang hidup sekitar 45 abadsebelum era Walisongo, yang lahir dari keluarga pembuat dan penyembah berhala,sepanjang hidupnya berdakwah untuk anti berhala.

Inimenunjukakan bahwa kisah para wali di Jawa sangat ketinggalan jaman dibandingdengan kisah yang dialami oleh orang-orang yang menjadi panutannya, pada halselisih waktu hidup mereka sangat jauh.

"HetBook van Mbonang" yang telah melahirkan dua orang doktor dan belasanmaster bangsa Belanda itu memberi petunjuk kepada saya, pentingnya menulissejarah berdasarkan fakta yang obyektif "Het Book van Bonang" tidakmenghasilkan kisah Keris Kolomunyeng, kisah cagak dan tatal, kisah orangberubah menjadi cacing, dan sebagainya.

Itulahketertarikan saya dengan Syekh Siti Jenar sebagai bagian dari sejarah Islam diIndonesia. Saya tertarik untuk ikut menulis tentang Syekh Siti Jenar danWalisongo. Tulisan saya belum selesai, tapi niat saya untuk terlibat adalahuntuk membersihkan sejarah Islam di Jawa ini dari takhayul, mistik, khurafatdan kemusyrikan. Itulah sebabnya saya terima tawaran panitia untuk ikutmembahas buku Syekh Siti Jenar karya Dr Abdul Munir Mulkhan ini. Saya inginikut mengajak masyarakat untuk segera meninggalkan dunia mitos dan memasukidunia ilmu.

Duniamitos tidak saja bertentangan dengan akidah Islamiyah, tetapi juga sudahketinggalan jaman ditinjau dari aspek perkembangan ilmu pengetahuan. Secaraumum dunia mitos telah ditinggalkan akhir abad ke-19 yang lalu, atausetidak-tidaknya awal abad ke-20. Apakah kita justru ingin kembali ke belakang?Kalau kita masih berkutat dengan dunia mitos, masyarakat kita juga hanya akanmenghasilkan pemimpin mitos yang selalu membingungkan dan tidak menghasilkansesuatu.



SiapaSyekh Siti Jenar ? Kalau seseorang menulis buku, tentu para pembaca berusahauntuk mengenal jatidiri penulis tersebut, mininal bidang keilmuannya. Olehkarena itu isi buku dapat dijadikan tolok ukur tentang kadar keilmuan danidentitas penulisnya. Kalau ternyata buku itu berwama kuning, penulisnya jugaberwama kuning. Sedikit sekali terjadi seorang yang berfaham atheis dapatmenulis buku yang bersifat relijius karena dua hal itu sangat bertentangan.Seorang sarjana pertanian dapat saja menulis buku tentang sosiologi, karenaantara pertanian dan sosiologi sering bersinggungan. Jadi tidak mustahil kalauIsi sebuah buku tentu telah digambarkan secara singkat oleh judulnya. Bukutentang Bertemak Kambing Ettawa menerangkan seluk-beluk binatang tersebut,manfaatnya, jenis pakan, dan sebagainya yang mempunyai kaitan erat dengankambing Ettawa.

Judulbuku karya Dr Abdul Munir Mulkhan ini adalah: "Ajaran dan Jalan KematianSyekh Siti Jenar. Pembaca tentu sudah membayangkan akan memperoleh informasitentang kedua hal itu, yaitu ajaran Syekh Siti Jenar dan bagaiamana dia mati.Penulis buku juga setia dengan ketentuan seperti itu.

Bertitik-tolakdari ketentuan umum itu, paragraf 3 sampai dengan 6 Bab Satu tidak relevan. BabSatu diberi judul: Melongok Jalan Sufi: Humanisasi Islam Bagi Semua. Mungkinpenulis ingin mengaktualisasikan ajaran Syekh Siti Jenar dengan situasi kini,tetapi apa yang ditulis tidak mengena sama sekali. Bahkan di dalam paragraf 3-6itu banyak pemyataan (statements) yang mencengangkan saya sebagai seorangmuslim.

Pernyataandi dalam sebuah tulisan, termasuk buku, dapat berasal dari diri sendiri ataudari orang lain. Pemyataan orang lain mesti disebutkan sumbernya; oleh karenaitu peryataan yang tidak ada sumbemya dianggap oleh pembaca sebagai pernyataandari penulis. Peryataan orang lain dapat berbeda dengan sikap, watak danpendapat penulis, tetapi pernyataan penulis jelas menentukan sikap, watak danpendapatnya. Pernyataan-pernyataan di dalam sebuah buku tidak lepas satu denganyang lain. Rangkaiannya, sistematika penyajiannya, merupakan sebuah bangunanyang menentukan kadar ilmu dan kualitas buku tersebut. Rangkaian dansistematika pernyataan musti disusun menurut logika keilmuan yang dapatditerima dan dibenarkan oleh masyarakat ilmu.

Untukmengenal atau menguraikan ajaran Syekh Siti Jenar, adalah logis kalau didahuluidengan uraian tentang asal-usul yang empunya ajaran. Ini juga dilakukan oleh DrAbdul Munir Mulkhan (Paragraf I Bab Satu, halaman 3-10). Di dalam paragraftersebut diterangkan asal-usul Syekh Siti Jenar tidak jelas. Seperti telahditerangkan, karena tidak ada sumber obyektif maka kisah asal-usul ini jugapenuh dengan versi-versi. Di halaman 3, dengan mengutip penelitian DalharShofiq untuk skripsi S-1 Fakultas Filsafat UGM, diterangkan bahwa Syekh SitiJenar adalah putera seorang raja pendeta dari Cirebon bemama Resi Bungsu. Namaasli Syekh Siti Jenar adalah Hasan Ali alias Abdul Jalil.

Kalauseseorang menulis buku, apalagi ada hubungannya dengan hasil penelitian,pembahasan secara ilmiah dengan menyandarkan pada logika amat penting. Tidaksemua berita dikutip begitu saja tanpa analisis. Di dalam uraian tentangasal-usul Syekh Siti Jenar di halaman 3-10 ini jelas sekali penuh dengankejanggalan, tanpa secuil analisis pun untuk memvalidasi berita tersebut.Kejanggalan-kejanggalan itu adalah:

1. Ayah Syekh Siti Jenar adalah seorang raja pendeta benama Resi Bungsu. Istilahraja pendeta ini kantidak jelas. Apakah dia seorang raja, atau pendeta. Jadi beritanya saja sudahtidak jelas sehingga meragukan.

2.Di halaman 62, dengan mengutip sumber Serat Syekh Siti Jenar, diterangkan bahwaayah Syekh Siti Jenar adalah seorang elite agama Hindu-Budha. Agama yangdisebutkan ini juga tidak jelas. Agama Hindu tidak sama dengan agama Budha.Setelah Islam muncul menjadi agama mayoritas penduduk pulau Jawa, persepsi umummasyarakat memang mengangap agama Hindu dan Budha sama. Pada hal ajaran keduaagama itu sangat berbeda, dan antara keduanya pernah terjadi perseteruan akutselama berabad-abad. Runtuhnya Mataram Hindu pada abad ke-10 disebabkan olehperseteruan akut tersebut. Runtuhnya Mataram Hindu berakibat sangat fatal bagiperkembangan Indonesia.Setelah itu kerajaan-kerajaan Jawa terus menerus terlibat dengan pertikaianyang membuat kemunduran. Kemajuan teknologi bangsa Jawa yang pada abad ke-10sudah di atas Eropa, pada abad ke-20 ini jauh di bawahnya. Tidak hanya itu,bahkan selama beberapa abad Indonesia(termasuk Jawa) ada di bawah bayang-bayang bangsa Eropa.

3.Kalau ayah Syekh Siti Jenar beragama Hindu atau Budha, mengapa anaknya diberinama Arab, Hasan Ali alias Abdul Jalil. Apalagi seorang "rajapendeta" yang hidup di era pergeseran mayoritas agama rakyat menuju agamaIslam, tentu hal itu janggal terjadi.

4.Atas kesalahan yang dilakukan anaknya, sang ayah menyihir sang anak menjadiseekor cacing lalu dibuang ke sungai. Di sini tidak disebut apa kesalahantersebut, sehinga sang ayah sampai tega menyihir anaknya menjadi cacing. Masukakalkah seorang ayah yang "raja pendeta" menyihir anaknya menjadicacing. Ilmu apakah yang dimiliki "raja pendeta" Resi Bungsu untukmerubah seseorang menjadi cacing? Kalau begitu, mengapa Resi Bungsu tidakmenyihir para penyebar Islam yang pada waktu itu mendepak pengaruh danketenteraman batinnya? Ceritera seseorang mampu merubah orang menjadi binatangceritera kuno yang mungkin tidak pemah ada orang yang melihat buktinya. Inihanya terjadi di dunia pewayangan yang latar belakang agamanya Hindu(Mahabarata) dan Budha (Ramayana).

5.Cacing Hasan Ali yang dibuang di sungai di Cirebon tersebut, suatu ketika terbawa padatanah yang digunakan untuk menembel perahu Sunan Mbonang yang bocor. SunanMbonang berada di atas perahu sedang mengajar ilmu gaib kepada Sunan Kalijogo.Betapa luar biasa kejanggalan pada kalimat tersebut. Sunan Mbonang tinggal diTuban, sedang cacing Syekh Siti Jenar dibuang di sungai daerah Cirebon. Di tempat lain dikatakan bahwa SunanMbonang mengajar Sunan Kalijogo di perahu yang sedang terapung di sebuah rawa.Adakah orang menembel perahu bocor dengan tanah? Kalau toh menggunakan tanah,tentu dipilih dan disortir tanah tersebut, termasuk tidak boleh katutan(membawa) cacing.

6.Masih di halaman 4 diterangkan, suatu saat Hasan Ali dilarang Sunan Girimengikuti pelajaran ilmu gaib kepada para muridnya. Tidak pemah diterangkan,bagaimana hubungan Hasan Ali dengan Sunan Giri yang tinggal di dekat Gresik.Karena tidak boleh, Hasan Ali lalu merubah dirinya menjadi seekor burungsehingga berhasil mendengarkan kuliah Sunan Giri tadi dan memperoleh ilmu gaib.Setelah itu Hasan Ali lalu mendirikan perguruan yang ajarannya dianggap sesatoleh para wali.  Untuk apa Hasan Alibelajar ilmu gaib dari Sunan Giri, pada hal dia sudah mampu merubah dirinyamenjadi seekor burung.

Alhasil,seperti dikatakan oleh Dr Abdul Munis Mulkhan sendiri dan banyak penulis yanglain, asal-usul Syekh Siti Jenar memang tidak jelas. Karena itu banyak pulaorang yang meragukan, sebenarnya Syek Siti Jenar itu pernah ada atau tidak.Pertanyaan ini akan saya jawab di belakang. Keraguan tersebut juga berkaitandengan, di samping tempat lahimya, di mana sebenamya tempat tinggal Syekh SitiJenar. Banyak penulis selalu menerangkan bahwa nama lain Syekh Siti Jenaradalah: Sitibrit, Lemahbang, Lemah Abang. Kebiasaan waktu, nama seringdikaitkan dengan tempat tinggal. Di mana letak Siti Jenar atau Lemah Abang itusampai sekarang tidak pemah jelas; padahal tokoh terkenal yang hidup pada jamanitu semuanya diketahui tempat tinggalnya. Syekh Siti Jenar tidak meninggalkansatupun petilasan.

Karenakeraguan dan ketidak-jelasan itu, saya setuju dengan pendapat bahwa Syekh SitiJenar memang tidak pemah ada. Lalu apa sebenarnya Syekh Siti Jenar itu? Sekalilagi pertanyaan ini akan saya jawab di belakang nanti. Kalau Syekh Siti Jenartidak pernah ada, mengapa kita bertele-tele membicarakan ajarannya. Untuk apakita berdiskusi tentang sesuatu yang tidak pemah ada. Apalagi diskusi itu dalamrangka memperbandingkan dengan Al-Qur'an dan Hadits yang amat jelasasal-usulnya, mulia kandungannya, jauh ke depan jangkauannya, tinggi muatanipteknya, sakral dan dihormati oleh masyarakat dunia.

Sebaliknya,Syekh Siti Jenar hanya menjadi pembicaraan sangat terbatas di kalangan orangJawa. Tetapi karena begitu sinis dan menusuk perasaan orang Islam yang telahkaffah bertauhid, maka mau tidak mau lalu sebagian orang Islam harusmelayaninya. Oleh karena itu sebagai orang Islam yang tidak lagi ragu terhadapkebenaran Al-Qur'an dan kerasulan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sayaakan berkali-kali mengajak saudara-saudaraku orang Islam untuk berhati-hati danjangan terlalu banyak membuang waktu untuk mendiskusikan ceritera fiktif yangberusaha untuk merusak akidah Islamiyah ini.


Sunan Kalijogo

Semuaorang di Indonesia,apalagi orang Islam, kenal dengan nama Sunan Kalijogo yang kecilnya bernamaRaden Mas Said ini. Dikatakan dia adalah putera Adipati Tuban TumenggungWilatikta atau Raden Sahur Yang beragama Islam.

SilsilahRaden Sahur ke atas adalah putera Ario Tejo III (Islam), putera Ario Tejo II,putera Ario Tejo II (Hindu), putera Ario Tejo I, putera Ronggolawe, putera ArioBanyak Wide alias Ario Wiraraja, putera Adipati Ponorogo. Itulah asal usulSunan Kalijogo yang banyak ditulis dan diyakini orang, yang sebenamya merupakanversi Jawa. Dua versi lainnya tidak pernah ditulis atau atau tidak dijumpaidalam media cetak sehingga tidak diketahui masyarakat luas (Imron Abu Ammar,1992).

Didepan telah saya singgung bahwa kisah Sunan Kalijogo versi Jawa ini penuhdengan ceritera mistik. Sumber yang orisinil tentang kisah tersebut tidaktersedia. Ricklefs, sejarawan Inggris yang banyak meneliti sejarah Jawa,menyebutkan bahwa sebelum ada catatan bangsa Belanda memang tidak tersedia datayang dapat dipercaya tentang sejarah Jawa. Sejarah Jawa banyak bersumber daricerita rakyat yang versinya banyak sekali. Mungkin cerita rakyat itu bersumberdari catatan atau cerita orang-orang yang pernah menjabat sebagai Juru Pamekas,lalu sedikit demi sedikit mengalami distorsi setelah melewati para pengagumatau penentangnya.

Namundemikian sebenarnya Sunan Kalijogo meninggalkan dua buah karya tulis, yang satusudah lama beredar sehingga dikenal luas oleh masyarakat, yaitu Serat DewoRuci, sedang yang satu lagi belum dikenal luas, yaitu Suluk Linglung. SeratDewo Ruci telah terkenal sebagai salah satu lakon wayang. Saya pertama kalimelihat wayang dengan lakon Dewo Ruci pada waktu saya masih duduk di kelas 5SR, di desa kalahiran ibu saya Pelempayung (Madiun) yang dimainkan oleh Kidalang Marijan. Sunan Kalijogo sendiri sudah sering menggelar lakon yangsebenarnya merupakan kisah hidup yang diangan-angkan sendiri, setelah kurangpuas dengan jawaban Sunan Mbonang atas pertanyaan yang diajukan. Sampaisekarang Serat Dewo Ruci merupakan kitab suci para penganut Kejawen, yangsebagian besar merupakan pengagum ajaran Syekh Siti Jenar yang fiktif tadi.

KalauSerat Dewo Ruci diperbandingkan dengan Suluk Linglung, mungkin para penganutSerat Dewo Ruci akan kecelek. Mengapa demikian? Isi Suluk Linglung temyatahampir sama dengan isi Serat Dewo Ruci, dengan perbedaan sedikit namunfundamental. Di dalam Suluk Linglung Sunan Kalijogo telah menyinggungpentingnya orang untuk melakukan shalat dan puasa, sedang hal itu tidak adasama sekali di dalam Serat Dewo Ruci. Kalau Serat Dewo Ruci telah lama beredar,Suluk Linglung baru mulai dikenal akhir-akhir ini saja. Naskah Suluk Linglungdisimpan dalam bungkusan rapi oleh keturunan Sunan Kalijogo. Seorang pegawaiDepartemen Agama Kudus, Drs Chafid mendapat petunjuk untuk mencari bukutersebut, dan ternyata disimpan oleh Ny Mursidi, keturunan Sunan Kalijogoke-14. Buku tersebut ditulis di atas kulit kambing, oleh tangan Sunan Kalijogosendin' menggunakan huruf Arab pegon berbahasa Jawa. Tahun 1992 bukuditerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Saatini saya sedang membahas kedua buku itu, dan untuk sementara saya sangatbergembira karena menurut kesimpulan saya, menjelang wafat ternyata SunanKalijogo menjadi kaffah mengimani Islam. Sebelumnya Sunan Kalijogo tidak setiamenjalankan syariat Islam, sehingga orang Jawa hanya meyakini bahwa yangdilakukan oleh Sunan terkenal ini buka shalat lima waktu melain shalat da'im. MenurutUstadz Mustafa Ismail LC, da'im berarti terus-menerus. Jadi Sunan Kalijogotidak shalat limawaktu melainkan shalat da'im dengan membaca Laa illaha ilallah kapan saja dandi mana saja tanpa harus wudhu dan rukuk-sujud. Atas dasar itu untuk sementarasaya membuat hipotesis bahwa Syekh Jenar sebenamya adalah Sunan Kalijogo.Hipotesis inilah yang akan saya tulis dan sekaligus saya gunakan untuk mengajakkaum muslimin Indonesiauntuk tidak bertele-tele menyesatkan diri dalam ajaran Syekh Siti Jenar.Sayang, waktu saya masih banyak terampas untuk menyelesaikan buku-buku sayatentang kehutanan sehingga upaya saya untuk mengkaji dua buku tersebut tidakdapat berjalan lancar. Atas dasar itu pula saya menganggap bahwa diskusitentang Syekh Siti Jenar, seperti yang dilakukan oleh Dr Abdul Munir Mulkhanini, menjadi tidak mempunyai landasan yang kuat kalau tidak mengacu kedua bukukarya Sunan Kalijogo tersebut.

Sebagaitambahan, pada waktu Sunan Kalijogo masih berjatidiri seperti tertulis di dalamSerat Dewo Ruci, murid-murid kinasih-nya berfaham manunggaling kawulo Gusti(seperti Sultan Hadiwidjojo, Pemanahan, Sunan Pandanaran, dan sebagainya),sedang setelah kaffah murid dengan tauhid murni, yaitu Joko Katong yangditugaskan untuk mengislamkan Ponorogo. Joko Katong sendiri menurunkantokoh-tokoh Islam daerah tersebut yang pengaruhnya amat luas sampai sekarang,termasuk Kyai Kasan Bestari (guru R Ng Ronggowarsito), Kyai Zarkasi (pendiri PSGontor), dan mantan Presiden BJ Habibie termasuk Ny Ainun Habibie.


Walisongo

Sekalilagi kisah Walisongo penuh dengan cerita-cerita yang sarat dengan mistik. NamunWidji Saksono dalam bukunya "Mengislamkan Tanah Jawa" telahmenyajikan analisis yang memenuhi syarat keilmuan. Widji Saksono tidak terlarutdalam cerita mistik itu, memberi bahasan yang memadai tentang hal-hal yangtidak masuk akal atau yang bertentangan dengan akidah Islamiyah.

WidjiSaksono cukup menonjolkan apa yang dialami oleh Raden Rachmat dengan duatemannya ketika dijamu oleh Prabu Brawidjaja dengan tarian oleh penari putriyang tidak menutup aurat. Melihat itu Raden Rachmat selalu komat-kamit, tansahta'awudz. Yang dimaksudkan pemuda tampan terus istighfar melihat putri-putricantik menari dengan sebagian auratnya terbuka. Namun para pengagum Walisongoakan "kecelek" (merasa tertipu, red) kalau membaca tulisan AsnanWahyudi dan Abu Khalid.

Keduapenulis menemukan sebuah naskah yang mengambil informasi dari sumber orisinilyang tersimpan di musium Istana Istambul, Turki. Menurut sumber tersebut,temyata organisasi Walisongo dibentuk oleh Sultan Muhammad I. Berdasarkanlaporan para saudagar Gujarat itu, SultanMuhammad I lalu ingin mengirim tim yang beranggotakan sembilan orang, yangmemiliki kemampuan di berbagai bidang, tidak hanya bidang ilmu agama saja.Untuk itu Sultan Muhammad I mengirim suratkepada pembesar di Afrika Utara dan Timur Tengah, yang isinya minta dikirimbeberapa ulama yang mempunyai karomah.

 Berdasarkan perintah Sultan Muhammad I itulalu dibentuk tim beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa padatahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakanahli mengatur negara dari Turki. Berita ini tertulis di dalam kitab Kanzul 'Humkarya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana AlMaghribi. Secara lengkap, nama, asal dan keahlian 9 orang tersebut adalahsebagai berikut:

1.Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.

2.Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand,Rusia Selatan, ahli pengobatan.

3.Maulana Ahmad Jumadil Kubra, dari Mesir.

4.Maulana Muhammad Al Maghrabi, berasal dari Maroko.

5.Maulana Malik Isra'il, dari Turki, ahli mengatur negara.

6.Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia(Iran),ahli pengobatan.

7.Maulana Hasanudin, dari Palestina.

8.Maulana Aliyudin, dari Palestina.

9.Syekh Subakir, dari Iran,Ahli menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat (??).

Denganinformasi baru itu terjungkir-baliklah sejarah Wallsongo versi Jawa. Ternyatamemang sejarah Walisongo versi non-Jawa, seperti telah disebutkan di muka,tidak pemah diekspos, entah oleh Belanda atau oleh siapa, agar orang Jawa,termasuk yang memeluk agama Islam, selamanya terus dan semakin tersesat darikenyataan yang sebenamya. Dengan informasi baru itu menjadi jelaslah apasebenamya Walisongo itu. Walisongo adalah gerakan berdakwah untuk menyebarkanIslam. Oleh karena gerakan ini mendapat perlawanan dengan gerakan yang lain,termasuk gerakan Syekh Siti Jenar.

Latar Belakang GerakanSyekh Siti Jenar

Tulisantentang Syekh Siti Jenar sebenarnya hanya bersumber pada satu tulisan saja,yang mula-mula tanpa pengarang. Tulisan yang ada pengarangnya juga ada,misalnya Serat Sastro Gendhing oleh Sultan Agung. Buku berjudul Ajaran SyekhSiti Jenar karya Raden Sosrowardojo yang menjadi buku induk karya Dr AbdulMunir Mulkhan itu sebenarnya merupakan gubahan atau tulisan ulang dari bukudengan judul yang sama karya Ki Panji Notoroto. Nama Panji Notoroto adalahsamaran mantan Adipati Mataram penganut berat ajaran Syekh Siti Jenar. Ki PanjiNotoro memberi informasi menarik, bahwa rekan-rekan Adipati seangkatannyaternyata tidak ada yang dapat membaca dan menulis. Ini menunjukkan bahwasetelah era Demak Bintoro, nampaknya pendidikan klasikal di masyarakat tidakberkembang sama sekali.

MemahamiAl-Qur'an dan Hadits tidak mungkin kalau tidak disadari dengan ilmu. PenafsiranAl-Qur'an tanpa ilmu akan menghasilkan hukum-hukum yang sesat belaka. Itulahnampaknya yang terjadi pada era pasca Demak, yang kebetulan sejak SultanHadiwidjojo agama yang dianut kerajaan adalah agama manunggaling kawulo Gusti.Di samping masalah pendidikan, sejak masuknya agama Hindu di Jawa ternyatapertentangan antar agama tidak pernah reda. Hal ini dengan jelas ditulis didalam Babad Demak. Karena pertentangan antar agama itulah Mataram Hindu runtuh(telah diterangkan sebelumnya). Sampai dengan era Singasari, masih ada tigaagama besar di Jawa yaitu Hindu, Budha dan Animisme yang juga sering disebutAgama Jawa. Untuk mencoba meredam pertentangan agama itu, Prabu Kertonegoro,raja besar dan terakhir Singasari, mencoba untuk menyatukannya dengan membuatagama baru disebut agama Syiwa-Boja. Syiwa mewakili agama Hindu, Bo singkatBuda dan Ja mewakili agama Jawa.

Nampaknyasintesa itulah yang, ditiru oleh politik besar di Indonesa akhir decade 1950-andulu, Nasakom. Dengan munculnya Islam sebagai agama mayoritas baru, banyakpengikut agama Hindu, Budha dan Animisme yang melakukan perlawanan secara tidakterang-terangan. Mereka lalu membuat berbagai cerita, misalnya Gatholoco,Darmogandhul, Wali Wolu Wolak-walik, Syekh Bela Belu, dan yang paling terkenalSyekh Siti Jenar. Untuk yang terakhir itu kebetulan dapat di-dhompleng-kankepada salah satu anggota Walisongo yang terkenal, yaitu Sunan Kalijogo sepertitelah disebutkan di muka.  

JadiSyekh Siti Jenar sebenarnya hanya sebuah gerakan anti reformasi, anti perubahandari Hindu-Budha-Jawa ke Islam. Oleh karena itu isi gerakan itu selalu sinisterhadap ajaran Islam, dan hanya diambil potongan-potongannya yang secarasepintas nampak tidak masuk akal. Potongan- potongan ini banyak sekali disitiroleh Dr Abdul Munir Mulkhan tanpa telaah yang didasarkan pada dua hal, yaltulogika dan aqidah.

Pernyataan-pernyataan

Masalahpernyataan yang dibuat oleh penulis buku ini telah saya singgung di muka.Banyak sekali pernyataan yang saya sebagai muslim ngeri membacanya, karena bukuini ditulis juga oleh seorang muslim, malah Ketua sebuah organisasi Islambesar. Misalnya pernyataan yang menyebutkan: "ngurusi" Tuhan, semakindekat dengan Tuhan semakin tidak manusiawi, kelompok syariah yang dibenturkandengan kelompok sufi, orang beragama yang mengutamakan formalitas, dansebagainya.

Setahusaya dulu pernyataan seperti itu memang banyak diucapkan oleh orang-orang darigerakan anti Islam, termasuk orang-orang dari Partai Komunis Indonesia yangpemah menggelar kethoprak dengan lakon "Patine Gusti Allah" (matinyaAllah,red) di daerah Magelang tahun 1965-an awal. Bahkan ada pernyataan yangmenyebutkan bahwa syahadat, shalat, puasa, membayar zakat dan menunaikan ibadahhaji itu tidak perlu. Yang penting berbuat baik untuk kemanusiaan.

Inijelas pendapat para penganut agama Jawa yang sedih karena pengaruhnya terdesakoleh Islam. Rasulullah juga tidak mengajarkan pelaksanaan ibadah hanya secaraformalistik, secara ritual saja. Dengan Islam mengajarkan kepada penganutnyauntuk berbuat baik, karena kehidupan muslimin harus memenuhi dua aspek, yaituhablum minannaas wa hablum minallah.

Didalam buku, seperti saya sebutkan, hendaknya pernyataan disusun sedemikian rupauntuk membangun sebuah misi atau pengertian. Apa sebenarnya misi yang akandilakukan oleh Dr Abdul Munir Mulkhan dengan menulir buku Syekh Siti Jenar itu.Buku ini juga dengan jelas menyiratkan kepada pembaca bahwa mempelajari ajaranSyekh Siti Jenar itu lebih baik dibanding dengan mempelajari fikih atausyariat. Islam tidak mengkotak-kotakkan antara fikih, sufi dan sebagainya.Islam adalah satu, yang karena begitu kompleksnya maka orang harus belajarsecara bertahap. Belajar syariah merupakan tahap awal untuk mengenal Islam.

Penulisjuga membuat pernyataan tentang mengkaji Al-Qur'an. Bukan hanya orang Islam danorang yang tahun bahasa Arab saja yang boleh belajar Qur'an. Di sini nampaknyapenulis lupa bahwa untuk belajar Al-Qur'an ada, dua syarat yang harus dipenuhi,yaitu muttaqien (Al-Baqarah ayat 2) dan tahu penjelasannya, yang sebagian telahdicontohkan oleh Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jadi sebenamya bolehsaja siapapun mengkaji Al-Qur'an, tetapi tentu tidak boleh semaunya sendiri,tanpa melewati dua rambu penting itu. Oleh karena itu saya mengajak kepadasiapapun, apalagi yang beragama Islam, untuk belaiar Al-Qur'an yang memenuhikedua syarat itu, misalnya kepada Ustadz Umar Budiargo, ustadz Mustafa Ismail,dan banyak lagi, khususnya alumni universitas Timur Tengah. Jangan belajarAl-Qur'an dari pengikut ajaran Syekh Siti Jenar karena pasti akan tersesatsebab Syekh Siti Jenar adalah gerakan untuk melawan Islam. 

0 comments:

Post a Comment

Sample Text

Social Profiles

Arsip Blog

Pengikut

Guest Counter

Powered by Blogger.

Ads 468x60px

Popular Posts

Blog Archive

About

Featured Posts Coolbthemes