Wednesday, October 12, 2011

SEJARAH KEHADIRAN GEREJA DI INDONESIA


Sejarah Keberadaan Gereja DiIndonesia

PertemuanInjil dengan Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan perjalanan Injil itusendiri. Hal ini tampak dalam perjalanan Injil dari Yerusalem, Yudea, danSamaria sampai ke ujung bumi. Pada satu pihak ada perjalanan Injil ke arahbarat dan juga perjalanan Injil ke arah Timur. Awal dari perjalanan Injil kearah barat itu dapat ditelusuri dalam kitab Kisah Para Rasul.Sedangkan Perjalanan Injil ke arah timur tidak tercatat dalam Alkitab dan hanyadiketahui lewat sejarah saja, meskipun catatan-catatan sejarah mengenaiperjalanan Injil ke arah timur ini pun sangat sedikit. Ditambah lagi pula hasilperjalanan Injil ke arah timur kemudian hampir lenyap. Oleh sebab itu,perjalanan Injil ke arah timur ini hampir tidak diketahui dan hampir tidakdikenal di Indonesia.
Salahsatu gereja yang terpenting sebagai hasil dari perjalanan Injil ke arah timurini ialah Gereja Nestoriah. Gereja Nestoriah itu lama berpusat di Baghdad. Dariabad ke-6 sampai abad ke-13 Gereja Nestoriah telah menjalankan pekabaran Injilyang sangat luas sampai ke India dan Cina. Para penginjil dari Gereja Nestoriahitulah yang menerjemahkan Alkitab untuk pertama kali dalam bahasa Cina. Dalamsuatu buku dalam bahasa Arab yang ditulis oleh Shaykh Abu Salih al-Arminidikatakan bahwa di Fansur (Barus), di pantai Barat Tapanuli, terdapat banyakGereja Nestoriah. Ada petunjuk-petunjuk bahwa kaum Nestoriah telah hadir diBarus sejak tahun 645.

Dalamabad ke-14 dan ke-15 Gereja Nestoriah itu praktis lenyap, walaupun sampaisekarang masih ada sisa-sisanya di Iran dan Irak. Gereja Nestoriah di Barustelah lenyap tanpa meninggalkan bekas. Para penginjil dari Gereja Nestoriahtidak pernah menerjemahkan Alkitab ke bahasa Melayu, yang pada abad ke-7 telahluas tersebar di kawasan Asia Tenggara. Dengan demikian kita lihat bahwa Injiltelah tiba di Indonesia untuk pertama kali dalam rangka perjalanan Injil dariYerusalem ke arah timur, lama sebelum Islam tiba di Indonesia. Tetapikedatangan pertama Injil di Indonesia itu tidak meninggalkan bekas. Injil telahdatang untuk kedua kali di Indonesia melalui jalan yang panjang, yaitu dariYerusalem ke arah barat, ke Eropa, dan baru pada abad ke-16 Injil kembali keIndonesia dari Eropa bersamaan waktu dengan kedatangan orang-orang Portugis,yang kemudian disusul oleh kedatangan orang-orang Belanda pada abad ke-17.
Dalamhubungan itu baiklah kita baca Kisah Para Rasul 16:8-10. Di situ kita bacabahwa Rasul Paulus tidak memunyai rencana untuk membawa Injil dari Asia keEropa, yaitu ke Makedonia. Membawa Injil dari Asia ke Eropa bukan strategiPaulus, melainkan strategi Roh Yesus sendiri (Kisah Para Rasul 16:8). Sejarahdunia dan sejarah gereja akan lain sama sekali andaikata Injil tidak dibawadari Asia ke Eropa, artinya ke dunia Barat. Pada waktu Injil tiba di Indonesiauntuk pertama kali pada abad ke-7 dan untuk kedua kali dalam abad ke-16,Indonesia telah memunyai perkembangan yang menarik dari segi sejarah dan darisegi agama serta kebudayaan. Injil tidak tiba di Indonesia dalam keadaan yang"kosong" dari segi agama dan kebudayaan. Dapat kita catat adanyabeberapa "lapisan" dalam sejarah keagamaan dan kebudayaan kitasehingga Indonesia dapat kita lihat sebagai suatu kue lapis yang memperlihatkanlapisan-lapisan keagamaan dan kebudayaan yang memunyai coraknya masing-masing.
Dariketerangan di atas kemudian dapat ditelusuri bahwa pada umumnya masyarakatIndonesia termasuk para sejarawannya, demikian pula dengan gereja ber­pendapatbahwa Injil baru masuk ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan bangsa Portugisdi awal abad ke-16. Bagi kalangan Kristen Protestan hal ini diperkuat dengantulisan DR. Th. Malin Krueger dalam buku standar tentang Sejarah Gereja diIndonesia, yang mengatakan bahwa tidak didapati sedikit pun bekas PekabaranInjil di Indonesia, dan tidak terdapat seorang Kristen pun di Indonesia sebelumkedatangan bangsa Portugis sebab merekalah yang pertama-tama menyiarkan AgamaKristen di Indonesia.

Meskipunpenelitian yang lebih seksama dengan menggunakan sumber-sumber tulisan yanglebih kuno di Timur Tengah, membuktikan hal yang sebaliknya. Bermula denganmemuncaknya pertentangan antara Gereja Barat dengan Gereja Timur yang berakibatterpisahnya gereja, maka Gereja Timur berdiri sendiri dengan pimpinannyaseorang uskup di Persia dengan memakai gelar Ketholikos, di tahun 410.Gerejaini kemudian dikenal sebagai Gereja Khaldea, atau Gereja Syria Timur. Gerejaini adalah pengikut ajaran Nestorius, sehingga juga dikenal sebagai gerejaNestorian (Nestorian, Nusthuri/Nasathariah). Sampai sekitar abad ke-13, pusatgereja ini berkedudukan di Baghdad dan wilayah wewenang pelayanannya meliputiCyprus, Irak, Iran, Manchuria, Mongolia, India, Sri Lanka, Sumatera dan Jawa.
Dalamsebuah naskah kuno tulisan Shaykh Abu Salih al-Armini, terdapat daftar dari 707gereja dan 181 biara yang tersebar dimana-mana, yang termasuk dalam wilayahpelayanan provinsi Mesir, di antaranya termasuk Indonesia. Dalam naskah itudisebut Fansur yang disebut terdapat banyak gereja dan biara. Fansur atauPancur adalah kota pelabuhan di Sumatera Utara, yang terletak di dekat kotaBarus yang waktu itu sangat ramai sebagai kota pelabuhan perdagangan kapurbarus, hal ini dicatat di sekitar abad ke 7. Berita kemudian yang masihmenyebut adanya gereja di Sumatera ditulis oleh Metropolit Gereja Suriah Timuryang bertugas antara tahun 1291-1319, yang mencantumkan keuskupan agung Dabhagh(Sumatera).
Sumberlain yang menyebut masih adanya gereja dan orang Kristen di Indonesia, adalahcatatan perjalanan Uskup Joa de Marignoli OFM, Duta Besar Paus Clemens VI diPeking, yang pernah berkunjung ke Sumatera (Kerajaan Sriwijaya) dan masihsempat melayani orang-orang Kristen di sana pada tahun 1346. Hingga akhirnya jejakdari masa kekristenan pada awal masuk ke Indonesia hilang dan tidak lagidiketahui proses perkembangannya. Apa yang terjadi dengan orang Kristen masaitu masih belum jelas, namun suatu penggalian yang diadakan di tahun 1610 diMalaka, menemukan puing-puing gereja dengan hiasan salib bergaya Khaldea.
Di AbadXVI terjadi perubahan besar di dunia politik dan perdagangan yang ditandaidengan ditemukannya jalan laut ke Asia oleh Eropa. Dimulailah perjalananekspedisi besar-besaran yang ditandai dengan berhasilnya Portugis merebutMalaka di tahun 1511, sebuah kota yang menjadi pusat per­dagangan di Nusantara.Dari sini mereka mengirim armadanya dan berhasil menguasai wilayah Maluku,sumber rempah-rempah sebagai komoditi perdagangan yang bernilai jual tinggiwaktu itu. Sementara itu KerajaanMajapahit mulai kehilangan kekuasaannya. Kerajaan-kerajaan pantai di Sumateramulai menyatakan diri berdiri sendiri, juga di Jawa, kerajaan-kerajaan terutamadi kota-kota pelabuhan semakin berani untuk melepaskan diri dari Majapahit. Perkembangan iniberjalan seiring dengan semakin luasnya pengaruh Islam yang berkembang denganpesat pada abad ke-15 hingga ke-16.
Terkaitdengan penyebaran Agama Katolik dimulai bersamaan dengan datangnya bangsaportugis setelah berhasil menguasai Malaka yang waktu itu memegang perananpenting perdagangan, yang kemudian dijadikan pusat kegiatan misi. Pada tahun1555 diresmikanlah keuskupan Malaka yang mencakup Indonesia. Penyebaran AgamaKatolik ter­utama di kalangan rakyat yang menganut kepercayaan lama. Sesuaidengan prinsip Kerajaan Ka­tolik waktu itu, maka pekerjaan misi didukung dandibiayai sepenuhnya oleh Negara dimana hal ini dipercayakan oleh Paus kepadaRaja. Namun, di tahap pertama ini tidaknampak pekerjaan misi yang cukup terarah, karena terlalu tergantung padaperkembangan penguasa Portugis. Pekerjaan misi yang sungguh baru terjadi adalah dengan kedatanganFransiskus Xaverius di tahun 1546 sampai 1547. Sehingga pekerjaan misi kemudianmencapai Sulawesi Utara, beberapa tempat di Jawa khususnya di daerah yang masih ada pengaruh Hindu, danKalimantan.
Peristiwa penting dalam sejarah politik diAsia Tenggara pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 adalah terjadinyaperalihan kekuasaan kolonial, dari Portugis kepada pihak Belanda.[8] Tujuannya tetap sama untuk menguasaidaerah sumber bahan perdagangan. Sebab itu penguasaan daerah jajahan itudilaksanakan melalui suatu badan perdagangan yang di­sebut VOC (VerenigdeOsstindiesche Compagnie), yang mendapat hak monopoli dari pe­merintahnya dinegeri Belanda, termasuk hak memiliki tentara sendiri, mencetak uang sendi­ri,mengambil keputusan untuk berperang serta mengadakan perjanjian.
Pada mulanya VOC hanya memerlukan pelayananrohani untuk melayani orang-­orang mereka sendiri. Kemudian merekadiperhadapkan dengan soal baru, setelah melihat bahwa ada orang-orang KristenIndonesia peninggalan Misi Katolik. Jumlah orang Katolik di Maluku, SulawesiUtara, Pulau Siau dan Sangir disebut sekitar 40.000 jiwa. Menurut pemikiranwaktu itu, maka adalah hak dan kewajiban VOC untuk membuat orang Katolik itumenjadi Protestan, sesuai dengan agama yang dianut oleh penguasa. Tentu adajuga latar belakang politik, sebab VOC khawatir jika mereka tetap dibiarkanKatolik sekali waktu mereka dapat mengundang lagi Portugis atau Spanyol.Selanjutnya antara tahun 1708-1771 (selama 63 tahun), jumlah orang Indonesiayang dibaptis ber­jumlah 43.748 jiwa, di antaranya hanya 1.205 yang boleh ikutperayaan Perjamuan Kudus. Maka, bila diperhitungkan jumlah orang Katolik yangditinggalkan oleh Misi Portugis se­banyak 40.000 jiwa, maka pada dasarnya dimasa VOC dapat dikatakan gereja sama sekali tidak berkembang secara signifikandan berarti.
Babak berikut yang sangat berarti dalamsejarah penyebaran Injil di Indonesia adalah dengan berakhirnya keberadaan VOCsetelah berkuasa selama 200 tahun tepatnya pada 1799. Pemerintah Belanda yangakhirnya melanjutkan penguasaannya di Indonesia, namun tidak melihat dirinyasebagai “penguasa Kristen”, melainkan suatu pemerintah sekuler. Terhadapmasalah keagamaan, pemerintah Belanda bersikap netral. Di bawah GubernurJenderal Daendels, diproklamasikanlah kebebasan agama yang berarti jugaberakhirnya monopoli Kristen Calvinis, dan kebebasan bagi Gereja Lutheran. Sedangkan Katolikmendapat ijin kembali untuk mengadakan pekerjaan misi dan mendatangkan Imam keIndonesia. Begitu juga dengan Islam secara resmi disokong untuk menunaikanibadah Haji ke Mekkah sebagai salah satu wujud hukum Islam yang harus dipenuhi,Lembaga-lembaga Pekabaran Injil diperbolehkan secara bebas masuk ke Indonesia. 

0 comments:

Post a Comment

Sample Text

Social Profiles

Arsip Blog

Pengikut

Guest Counter

Powered by Blogger.

Ads 468x60px

Popular Posts

Blog Archive

About

Featured Posts Coolbthemes