Sunday, October 16, 2011

Sejarah G 30 SPKI


1.    Rekonstruksi peristiwa gerakan 30september

PKI merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh dunia, diluar Tiongkokdan UniSoviet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta daripergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yangmempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesiayang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani),organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebihdari 20 juta anggota dan pendukung.
Padabulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawahdekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuattangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer keposisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut"Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa diamempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama danKomunis yang dinamakan NASAKOM.

Padaera "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dankaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruhdan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak.Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terusmenaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.

Angkatankelima

Perayaan Milad PKI yang ke 45 diJakarta pada awal tahun 1965
Padakunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, PerdanaMenteri ZhouEnlai menjanjikan untuk mempersenjatai 40 batalion tentara secara lengkap,penawaran ini gratis tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapibelum juga menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S.
Padaawal tahun 1965 Bung Karno mempunyai ide tentang AngkatanKelima yang berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Pandangan lain mengatakanbahwa PKI-lah yang mengusulkan pembentukan AngkatanKelima tersebut dan mempersenjatai mereka. Tetapi petinggi Angkatan Darattidak setuju dan hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigai antaramiliter dan PKI.
Daritahun 1963,kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha menghindari bentrokan-bentrokanantara aktivis massanya dan polisi dan militer. Pemimpin-pemimpin PKImementingkan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat".Pemimpin PKI DNAidit mengilhami slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Dibulan Agustus 1964,Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikapsektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang danseniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subyek karya-karyamereka.
Diakhir 1964 dan permulaan 1965 ratusan ribu petani bergerak merampas tanah dari para tuantanah besar. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi danpara pemilik tanah. Untuk mencegah berkembangnya konfrontasi revolusioner itu,PKI mengimbau semua pendukungnya untuk mencegah pertentangan menggunakankekerasan terhadap para pemilik tanah dan untuk meningkatkan kerjasama denganunsur-unsur lain, termasuk angkatan bersenjata.
Bentrokan-bentrokantersebut dipicu oleh propaganda PKI yang menyatakan bahwa petani berhak atassetiap tanah, tidak peduli tanah siapa pun (milik negara=milik bersama).Kemungkinan besar PKI meniru revolusi Bolsevik di Rusia, di mana di sana rakyat dan partaikomunis menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada rakyat.
Padapermulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyakmilik AS. KepemimpinanPKI menjawab ini dengan memasuki pemerintahan dengan resmi. Pada waktu yangsama, jendral-jendral militer tingkat tinggi juga menjadi anggota kabinet.Jendral-jendral tersebut masuk kabinet karena jabatannya di militer olehSukarno disamakan dengan setingkat mentri. Hal ini dapat dibuktikan dengan namajabatannya (Menpangab, Menpangad, dan lain-lain).
Menteri-menteriPKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer di dalam kabinet Sukarnoini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang sangat berbahaya bahwa angkatanbersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi demokratis "rakyat".
Pengangkatan Jenazah di Lubang Buaya
Aiditmemberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan bersenjata di mana iaberbicara tentang "perasaan kebersamaan dan persatuan yang bertambah kuatsetiap hari antara tentara Republik Indonesiadan unsur-unsur masyarakat Indonesia,termasuk para komunis".
RejimSukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang aksi-aksi mogokdi industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena industri menurut merekaadalah milik pemerintahan NASAKOM.
Tidaklama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk pembentukan rejimmiliter, menyatakan keperluan untuk pendirian "angkatan kelima" didalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja dan petani yangbersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi massayang berdiri sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang berkembang itu,kepemimpinan PKI malah berusaha untuk membatasi pergerakan massa yang makin mendalam ini dalambatas-batas hukum kapitalis negara. Mereka, depan jendral-jendral militer,berusaha menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakandalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi" angkatanbersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan"angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasirevolusioner kaum buruh di Indonesia.Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa aparatus militerdan negara sedang diubah untuk memecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-alatnegara.

Isu sakitnya BungKarno

Sejaktahun 1964 sampaimenjelang meletusnya G30S telah beredar isu sakit parahnya Bung Karno. Hal inimeningkatkan kasak-kusuk dan isu perebutan kekuasaan apabila Bung Karnomeninggal dunia. Namun menurut Subandrio, Aidit tahu persis bahwa Bung Karnohanya sakit ringan saja, jadi hal ini bukan merupakan alasan PKI melakukantindakan tersebut.
TahunyaAidit akan jenis sakitnya Sukarno membuktikan bahwa hal tersebut sengajadihembuskan PKI untuk memicu ketidakpastian di masyarakat.

Isu masalah tanah danbagi hasil

Padatahun 1960 keluarlahUndang-UndangPokok Agraria (UU Pokok Agraria) dan Undang-UndangPokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yangsebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yangdibentuk pada tahun 1948.Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil pemerintah dan wakilberbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai politik pada masa itu.Walaupun undang-undangnya sudah ada namun pelaksanaan di daerah tidak jalansehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap dengan pihak pemiliktanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian massa pengikutnya dengan melibatkan backingaparat keamanan. Peristiwa yang menonjol dalam rangka ini antara lain peristiwaBandar Betsi di Sumatera Utara dan peristiwa di Klaten yang disebut sebagai‘aksi sepihak’ dan kemudian digunakan sebagai dalih oleh militer untukmembersihkannya.
Sementaraitu di Jawa Timur juga terjadi keributan antara PKI dan NU. Kiai-kiai NU yangkebanyakan tuan tanah menolak gerakan PKI untuk membagi-bagikan tanah kepadapetani yang tidak memiliki tanah.
Keributanantara PKI dan islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis dan Muhammadiya)itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat di Indonesia, di Jawa Barat,Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal demikian, PKI dibeberapa tempat bahkan sudah mengancam kyai-kyai bahwa mereka akan disembelihsetelah tanggal 30 September 1965 (hal ini membuktikan bahwa seluruh elemen PKImengetahui rencana kudeta 30 September tersebut).

FaktorMalaysia

NegaraFederasi Malaysia yang baru terbentuk padatanggal 16September 1963adalah salah satu faktor penting dalam insiden ini[1]. Konfrontasi Indonesia-Malaysiamerupakan salah satu penyebab kedekatan Presiden Soekarno dengan PKI,menjelaskan motivasi para tentara yang menggabungkan diri dalam gerakanG30S/Gestok (Gerakan Satu Oktober),dan juga pada akhirnya menyebabkan PKI melakukan penculikan petinggi AngkatanDarat.
Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, di mana para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul RahmanPerdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak.
Soekarnoyang murka karena hal itu mengutuk tindakan Tunku yang menginjak-injak lambangnegara Indonesia[2] dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkangerakan yang terkenal dengan sebutan "GanyangMalaysia" kepada negara FederasiMalaysia yang telah sangat menghina Indonesia dan presiden Indonesia.Perintah Soekarno kepada Angkatan Darat untuk meng"ganyang Malaysia"ditanggapi dengan dingin oleh para jenderal pada saat itu. Di satu pihak LetjenAhmad Yanitidak ingin melawan Malaysia yang dibantu oleh Inggris dengan anggapan bahwatentara Indonesia pada saat itu tidak memadai untuk peperangan dengan skalatersebut, sedangkan di pihak lain Kepala Staf TNI Angkatan Darat A.H.Nasution setuju dengan usulan Soekarno karena ia mengkhawatirkan isuMalaysia ini akan ditunggangi oleh PKI untuk memperkuat posisinya di percaturanpolitik di Indonesia.
PosisiAngkatan Darat pada saat itu serba salah karena di satu pihak mereka tidakyakin mereka dapat mengalahkan Inggris, dan di lain pihak mereka akanmenghadapi Soekarno yang mengamuk jika mereka tidak berperang. Akhirnya parapemimpin Angkatan Darat memilih untuk berperang setengah hati di Kalimantan.Tak heran, Brigadir Jenderal Suparjo, komandan pasukan di KalimantanBarat, mengeluh, konfrontasi tak dilakukan sepenuh hati dan ia merasaoperasinya disabotase dari belakang[3]. Hal ini juga dapat dilihat dari kegagalan operasigerilya di Malaysia, padahaltentara Indonesiasebenarnya sangat mahir dalam peperangan gerilya.
Mengetahuibahwa tentara Indonesiatidak mendukungnya, Soekarno merasa kecewa dan berbalik mencari dukungan PKIuntuk melampiaskan amarahnya kepada Malaysia. Soekarno, seperti yangditulis di otobiografinya, mengakui bahwa ia adalah seorang yangmemiliki harga diri yang sangat tinggi, dan tidak ada yang dapat dilakukanuntuk merubah keinginannya meng"ganyang Malaysia".
Soekarno adalah seorang individualis. Manusia jang tjongkak dengan suara-batin yang menjala-njala, manusia jang mengakui bahwa ia mentjintai dirinja sendiri tidak mungkin mendjadi satelit jang melekat pada bangsa lain. Soekarno tidak mungkin menghambakan diri pada dominasi kekuasaan manapun djuga. Dia tidak mungkin menjadi boneka.
Dipihak PKI, mereka menjadi pendukung terbesar gerakan "ganyang Malaysia"yang mereka anggap sebagai antek Inggris, antek nekolim. PKI juga memanfaatkankesempatan itu untuk keuntungan mereka sendiri, jadi motif PKI untuk mendukungkebijakan Soekarno tidak sepenuhnya idealis.
Padasaat PKI memperoleh angin segar, justru para penentangnyalah yang menghadapikeadaan yang buruk; mereka melihat posisi PKI yang semakin menguat sebagaisuatu ancaman, ditambah hubungan internasional PKI dengan Partai Komunis sedunia,khususnya dengan adanya poros Jakarta-Beijing-Moskow-Pyongyang-Phnom Penh. Soekarno juga mengetahui hal ini, namun iamemutuskan untuk mendiamkannya karena ia masih ingin meminjam kekuatan PKIuntuk konfrontasi yang sedang berlangsung, karena posisi Indonesia yang melemah di lingkunganinternasional sejak keluarnya Indonesiadari PBB (20Januari 1965).
Darisebuah dokumen rahasia badan intelejen Amerika Serikat (CIA) yang baru dibukayang bertanggalkan 13 Januari 1965 menyebutkan sebuah percakapan santai Soekarno dengan parapemimpin sayap kanan bahwa ia masih membutuhkan dukungan PKI untuk menghadapiMalaysia dan oleh karena itu ia tidak bisa menindak tegas mereka. Namun ia jugamenegaskan bahwa suatu waktu "giliran PKI akan tiba. "Soekarnoberkata, "Kamu bisa menjadi teman atau musuh saya. Itu terserah kamu. ... Untukku, Malaysiaitu musuh nomor satu. Suatu saat saya akan membereskan PKI, tetapi tidaksekarang."[2]
Daripihak Angkatan Darat, perpecahan internal yang terjadi mulai mencuat ketikabanyak tentara yang kebanyakan dari Divisi Diponegoro yangkesal serta kecewa kepada sikap petinggi Angkatan Darat yang takut kepadaMalaysia, berperang hanya dengan setengah hati, dan berkhianat terhadap misiyang diberikan Soekarno. Mereka memutuskan untuk berhubungan dengan orang-orangdari PKI untuk membersihkan tubuh Angkatan Darat dari para jenderal ini.

Faktor AmerikaSerikat

AmerikaSerikat pada waktu itu sedang terlibat dalam perangVietnam dan berusaha sekuat tenaga agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunisme.Peranan badan intelejen Amerika Serikat (CIA) pada peristiwa inisebatas memberikan 50 juta rupiah (uang saat itu) kepada Adam Malikdan walkie-talkieserta obat-obatan kepada tentara Indonesia. Politisi Amerika pada bulan-bulanyang menentukan ini dihadapkan pada masalah yang membingungkan karena merekamerasa ditarik oleh Sukarno ke dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia ini.
Salahsatu pandangan mengatakan bahwa peranan Amerika Serikat dalam hal ini tidakbesar, hal ini dapat dilihat dari telegram Duta Besar Green ke Washington padatanggal 8Agustus 1965yang mengeluhkan bahwa usahanya untuk melawan propaganda anti-Amerika diIndonesia tidak memberikan hasil bahkan tidak berguna sama sekali. Dalamtelegram kepada Presiden Johnson tanggal 6 Oktober,agen CIA menyatakan ketidakpercayaan kepada tindakan PKI yang dirasa tidakmasuk akal karena situasi politis Indonesia yang sangat menguntungkan mereka,dan hingga akhir Oktober masih terjadi kebingungan atas pembantaian di Jawa Tengah,Jawa Timur,dan Bali dilakukanoleh PKI atau NU/PNI.
Pandanganlain, terutama dari kalangan korban dari insiden ini, menyebutkan bahwa Amerikamenjadi aktor di balik layar dan setelah dekrit Supersemar Amerika memberikandaftar nama-nama anggota PKI kepada militer untuk dibunuh. Namun hingga saatini kedua pandangan tersebut tidak memiliki banyak bukti-bukti fisik.

Faktorekonomi

Ekonomimasyarakat Indonesiapada waktu itu yang sangat rendah mengakibatkan dukungan rakyat kepada Soekarno(dan PKI) meluntur. Mereka tidak sepenuhnya menyetujui kebijakan "ganyang Malaysia" yang dianggap akan semakinmemperparah keadaan Indonesia.
Inflasiyang mencapai 650% membuat harga makanan melambung tinggi, rakyat kelaparan danterpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan barang-barang kebutuhan pokoklainnya. Beberapa faktor yang berperan kenaikan harga ini adalah keputusanSuharto-Nasution untuk menaikkan gaji para tentara 500% dan penganiayaanterhadap kaum pedagang Tionghoa yang menyebabkan mereka kabur. Sebagai akibat dariinflasi tersebut, banyak rakyat Indonesiayang sehari-hari hanya makan bonggol pisang, umbi-umbian, gaplek,serta bahan makanan yang tidak layak dikonsumsi lainnya; pun mereka menggunakankain dari karung sebagai pakaian mereka.
Faktorekonomi ini menjadi salah satu sebab kemarahan rakyat atas pembunuhan keenamjenderal tersebut, yang berakibat adanya backlash terhadap PKI danpembantaian orang-orang PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur, Baliserta tempat-tempat lainnya. Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G30 S PKI, G-30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (GerakanSatu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September1965 di mana enam pejabat tinggi militer Indonesia beserta beberapa oranglainnya dibunuh dalam suatu usaha pemberontakan yang disebut sebagai usahaKudeta yang dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.
2.    Menganalisis beberapa pendapat tentangG 30 S PKI
1.   Pengakuan Kol. A. Latief (gembongPKI) bahwa dua kali ia memberitahukan kepada Soeharto tentang rencanapenindakan terhadap sejumlah jendral. Dalam bahasa laten menghadapkan DewanJendral kepada Presiden. Namun Soeharto yang pada saat itu Panglima Kostradtidak mengambil inisiatif melapor kepada atasannya. Dia diam saja dan hanyamanggut-manggut mendengar laporan itu. Latief menginformasikan rencanapenindakan terhadap pera Jendral itu dua hari dan enam sebelum hari H.
2.   Fakta bahwa sebagai perwiratinggi dengan fungsi pemandu di bawah Pangab Jendral A. Yani, Soeharto tidaktermasuk sasaran G30S/PKI. Ini bisa dipertanyakan, mengingat strategisnyaposisi Kostrad apabila Negara dalam keadaan bahaya. Kalau betul Soeharto tidakberada dalam Inner Cycle gerakan, kemungkinan besar ia termasuk dalam daftarkorban yang dihabisi di malam tersebut.
3.   Hubungan emosional cukup dan amatdekat Soeharto dengan para pelaku PKI yakni Untung dan Latief sedangkan Sjamtermasuk kolega Soeharto di tahun-tahun sesudah Proklamasi.
4.   Menurut penuturan Mayjen (Purn)Mursjid, 30 September malam menjelang 1 Oktober 1965 itu pasukan Yon530/Brawijaya berada di sekitar Monas. Padahal tugas panggilan dari PangkostradMayjen Soeharto adalah untuk defile 5 Oktober.
5.   Mayjen (Purn) Suharjo, mantanPangdam Mulawarman yang sama-sama dalam tahanan dengan Mayor (Purn) Soekardi,eks Wadan Yon 530/Brawijaya menceritakan bahwa surat perintah dari Pangkostradkepada DanYon 530 itu dalam rangka penugasan yang disinggung Jendral Mursjidtadi, ternyata kemudian dibeli oleh Soeharto seharga Rp 20 juta.

Ratna Sari Dewi (mantan istri Bung Karo) pernah menyatakan: ?Sejak pagi 1Oktober Soeharto sudah propaganda bahwa pelakunya PKI sepertinya dia sudah tahusemua seakan telah direncanakan. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana ia bisamenguasai Indonesia? Harus diingat system komunikasi saat itu belum sepertisekarang. Teleponnya belum lancar dan tak ada yang punya telepon genggam.Bagaimana dia bisa memecahkan masalah yang terjadi pada malam 30 September dansegera bertindak begitu cepat? Kalau belum tahu rencana G30S/PKI ia tidakmungkin bisa melakukannya.?



3.   Menganalisisdampak sosial politik dari peristiwa Gerakan 30 September

Pada 30 September 1965, enam jenderal senior dan beberapa oranglainnya dibunuh dalam upaya kudetayang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang loyalkepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Panglima KomandoStrategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudianmengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut.
Pada saat-saat yang genting sekitarbulan September 1965 muncul isu adanya Dewan Jenderal yangmengungkapkan adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas terhadapSoekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarnodisebut-sebut memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawamereka untuk diadili oleh Soekarno. Namun yang tidak diduga-duga, dalam operasipenangkapan jenderal-jenderal tersebut, terjadi tindakan beberapa oknum yangtermakan emosi dan membunuh Letjen Ahmad Yani, Panjaitan, dan Harjono.
Dokumen Gilchrist yangdiambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia Andrew Gilchrist beredarhampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal. Dokumen ini, yang olehbeberapa pihak disebut sebagai pemalsuan oleh intelejen Ceko di bawahpengawasan Jenderal Agayant dari KGB Rusia, menyebutkanadanya "Teman Tentara Lokal Kita" yang mengesankan bahwaperwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat[4]. Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberikan daftarnama-nama anggota PKI kepada tentara untuk "ditindaklanjuti". Dinasintelejen Amerika Serikat mendapat data-data tersebut dari berbagai sumber,salah satunya seperti yang ditulis John Hughes, wartawan The Nation yangmenulis buku "Indonesian Upheaval", yang dijadikan basisskenario film "The Year of Living Dangerously", ia seringmenukar data-data apa yang ia kumpulkan untuk mendapatkan fasilitas teleksuntuk mengirimkan berita.
Hinggasaat ini tidak ada bukti keterlibatan/peran aktif Soeharto dalam aksipenculikan tersebut. Satu-satunya bukti yang bisa dielaborasi adalah pertemuanSoeharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad (pada zaman itu jabatanPanglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat tidak membawahi pasukan,berbeda dengan sekarang) dengan Kolonel Abdul Latiefdi Rumah SakitAngkatan Darat
Keenampejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
*        LetjenTNI AhmadYani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando OperasiTertinggi)
*        MayjenTNI Raden Suprapto (Deputi IIMenteri/Panglima AD bidang Administrasi)
*        MayjenTNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi IIIMenteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
*        MayjenTNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima ADbidang Intelijen)
*        BrigjenTNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IVMenteri/Panglima AD bidang Logistik)
*        BrigjenTNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/OditurJenderal Angkatan Darat)
JenderalTNI AbdulHarris Nasution yang menjadi target utama, selamat dari upaya pembunuhantersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudanbeliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhantersebut.
Selainitu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
*        BripkaKarel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmiWakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
*        KolonelKatamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas)
*        LetkolSugiyonoMangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas)
Para korban tersebut kemudian dibuangke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yangdikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober

4.    Mendeskripsikan proses kekuatanpolitik setelah peristiwa G 30 S PKI

Pemakamanpara pahlawan revolusi. Tampak Mayjen Soeharto di sebelah kanan
Padatanggal 1Oktober 1965Sukarno dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner olehpara "pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim diJakarta untuk mencari perlindungan.
Padatanggal 6Oktober Sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan "persatuannasional", yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya,dan penghentian kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI segeramenganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massauntuk mendukung "pemimpin revolusi Indonesia" dan tidak melawanangkatan bersenjata. Pernyataan ini dicetak ulang di koran CPA bernama"Tribune".
Padatanggal 12Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-Sovyet Brezhnev, Mikoyandan Kosygin mengirim pesan khususuntuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan kita bergembira untuk mendengar bahwakesehatan anda telah membaik...Kita mendengar dengan penuh minat tentang pidatoanda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap tenang danmenghindari kekacauan...Imbauan ini akan dimengerti secara mendalam."
Padatanggal 16Oktober 1965, Sukarno melantik Mayjen Suharto menjadi Menteri/Panglima AngkatanDarat di Istana Negara. Berikut kutipan amanat presidenSukarno kepada Suharto pada saat Suharto disumpah[5]:
Saya perintahkan kepada Jenderal Mayor Soeharto, sekarang Angkatan Darat pimpinannya saya berikan kepadamu, buatlah Angkatan Darat ini satu Angkatan dari pada Republik Indonesia, Angkatan Bersenjata daripada Republik Indonesia yang sama sekali menjalankan Panca Azimat Revolusi, yang sama sekali berdiri diatas Trisakti, yang sama sekali berdiri diatas Nasakom, yang sama sekali berdiri diatas prinsip Berdikari, yang sama sekali berdiri atas prinsip Manipol-USDEK.
Manipol-USDEK telah ditentukan oleh lembaga kita yang tertinggi sebagai haluan negara Republik Indonesa. Dan oleh karena Manipol-USDEK ini adalah haluan daripada negara Republik Indonesia, maka dia harus dijunjung tinggi, dijalankan, dipupuk oleh semua kita. Oleh Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Kepolisian Negara. Hanya jikalau kita berdiri benar-benar di atas Panca Azimat ini, kita semuanya, maka barulah revousi kita bisa jaya.
Soeharto, sebagai panglima Angkatan Darat, dan sebagai Menteri dalam kabinetku, saya perintahkan engkau, kerjakan apa yang kuperintahkan kepadamu dengan sebaik-baiknya. Saya doakan Tuhan selalu beserta kita dan beserta engkau!
Dalamsebuah Konferensi Tiga Benuadi Havana dibulan Februari 1966, perwakilan Uni-Sovyet berusaha dengan segala kemampuanmereka untuk menghindari pengutukan atas penangkapan dan pembunuhan orang-orangyang dituduh sebagai PKI, yang sedang terjadi terhadap rakyat Indonesia.Pendirian mereka mendapatkan pujian dari rejim Suharto. Parlemen Indonesiamengesahkan resolusi pada tanggal 11 Februari,menyatakan "penghargaan penuh" atas usaha-usaha perwakilan-perwakilandari Nepal, Mongolia, Uni-Sovyet dan negara-negara lain di KonperensiSolidaritas Negara-Negara Afrika, Asia dan Amerika Latin, yang berhasilmenetralisir usaha-usaha para kontra-revolusioner apa yang dinamakan pergerakan30 September, dan para pemimpin dan pelindung mereka, untuk bercampur-tangan didalam urusan dalam negeri Indonesia."
PenangkapanSimpatisan PKI
Dalambulan-bulan setelah peristiwa ini, semua anggota dan pendukung PKI, atau merekayang dianggap sebagai anggota dan simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yangdiketahui dan ratusan ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuh ataudimasukkan ke kamp-kamp tahanan untuk disiksa dan diinterogasi.Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah(bulan Oktober), Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan Desember).Berapa jumlah orang yang dibantai tidak diketahui dengan persis - perkiraanyang konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara perkiraan lain menyebutdua sampai tiga juga orang. Namun diduga setidak-tidaknya satu juta orangmenjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu.
Dihasutdan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-organisasimuslim sayap-kanan seperti barisanAnsor NU dan Tameng Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal,terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adalaporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat sampai ditempat-tempat tertentu sungai itu "terbendung mayat".
Padaakhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota danpendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribulainnya dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi, tanpa adanya perlawanan samasekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana CIA [1]menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan melakukanpembantaian keji terhadap mereka, majalah "Time" memberitakan:
"Pembunuhan-pembunuhanitu dilakukan dalam skala yang sedemikian sehingga pembuangan mayat menyebabkanpersoalan sanitasi yang serius di SumatraUtara, di mana udara yang lembab membawa bau mayat membusuk. Orang-orang daridaerah-daerah ini bercerita kepada kita tentang sungai-sungai kecil yangbenar-benar terbendung oleh mayat-mayat. Transportasi sungai menjadi terhambatsecara serius."
Dipulau Bali, yangsebelum itu dianggap sebagai kubu PKI, paling sedikit 35.000 orang menjadikorban di permulaan 1966. Di sanapara Tamin, pasukan komando elite Partai Nasional Indonesia, adalah pelakupembunuhan-pembunuhan ini. Koresponden khusus dari Frankfurter AllgemeineZeitung bercerita tentang mayat-mayat di pinggir jalan atau dibuang kedalam galian-galian dan tentang desa-desa yang separuh dibakar di mana parapetani tidak berani meninggalkan kerangka-kerangka rumah mereka yang sudahhangus.
Didaerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk membunuh teman-teman merekauntuk membuktikan kesetiaan mereka. Di kota-kota besar pemburuan-pemburuanrasialis "anti-Tionghoa" terjadi. Pekerja-pekerja dan pegawai-pegawaipemerintah yang mengadakan aksi mogok sebagai protes atas kejadian-kejadian kontra-revolusionerini dipecat.
Palingsedikit 250,000 orang pekerja dan petani dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi.Diperkirakan sekitar 110,000 orang masih dipenjarakan sebagai tahanan politikpada akhir 1969.Eksekusi-eksekusi masih dilakukan sampai sekarang, termasuk belasan orang sejaktahun 1980-an.Empat tapol, Johannes Surono Hadiwiyino, Safar Suryanto, Simon PetrusSulaeman dan Nobertus Rohayan, dihukum mati hampir 25 tahun sejakkudeta itu.

0 comments:

Post a Comment

Sample Text

Social Profiles

Arsip Blog

Pengikut

Guest Counter

Powered by Blogger.

Ads 468x60px

Popular Posts

Blog Archive

About

Featured Posts Coolbthemes