Tuesday, October 4, 2011

SEJARAH KEMUNCULAN PERMASALAHAN ILMU KALAM


1. Aliran Khawarij
Menurut Harun Nasution , kemunculan persoalan kalam dipicu persoalan politik
atas terbunuhnya Ustman bin Affan yang berbuntuk penolakan Mua’wiyah atas
kekhalifahan Ali bin Abi thalib, Ketegangan antara Muawiyah dan Ali bin Abi thalib
mengkristal menjadi perang shifin yang berakhir dengan keputusan Takhim , dimana
Ali menerima tipu muslihat Amr bin Ash Utusan Mu’awiyah. Sungguhpun terpaksa ,
tidak disetujui oleh sebagian tentaranya, mereka berpendapat persoalan yang terjadi
tidak dapat diputuskan dengan tahkim, semboyan mereka hukum harus kembali
kepada Al-Quran . Lahukma illa lillah (tidak ada hukum selain dari hukum allah)
Mereka memandang Ali bin Abi Thalib telah berbuat salah dan mereka meninggalkan
barisannya, sehingga mereka disebut KHAWARIJ.
Menegaskan bahwa orang yang berdosa besar adalah Kafir. Dalam arti telah
keluar dari Islam atau telah murtad dan wajib dibunuh. Mereka umumnya berasal dari
suku Badawi, kehidupannya di padang pasir yang tandus, sehingga mereka hidup

bersifat sederhana baik dalam cara hidup dan pemikiran , keras hati , radikal, bengis
dan suka kekerasan , fanatik perfikiran sempit, tidak dapat mentolerir hal-hal yang
dianggap menyimpang dalam pandangan keislamannya. Sehingga merekapun dengan
mudah terpecah belah menjadi golongan kecil-kecil. Sehingga dapat dimengerti
mengapa mereka terus mengadakan perlawanan dengan penguasa
jamannya.Golongan Khawarij ada 8 yang terbesar yaitu : Al-Muhakkimah, Al-
Azariqah, Al-Nadjat, Al-Baihasiyyahn , Al-ajaridah, Al-Sa’alibah, dan Al-Shufriyah.
2. Aliran Murji’ah
Nama murjiah diambil dari kata irja atau arja’a yang bermakna penundaan,
penangguhan, pengharapan.memberi pengharapan kepada pelaku dosa besar untuk
memperoleh pengampunan dan rahmat Allah (arja’a) Atau orang yang menunda
penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa yaitu Ali dan Muawiyah serta
pasukannya .
Murjiah menagguhkan penilaian terhadap orang yang terlibat dalam peristiwa
tahkim dihadapan Allah. Karena Allah lah yang mengetahui iman seseorang .
Demikian pula orang- orang mukmin yang melakukan dosa besar dianggap tetap
mukmin /bukan kafir selama ia tetap mengucapkan 2 kalimat syahadat.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
13
Terdapat nama-nama seperti Al-Hasan Ibnu Muhammad bin Ali bin bi Thalib.
Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli hadist.
Menurut Abu Hanifah, Iman adalah pengetahuan dan pengetahuan adanya Tuhan,
Rasul-rasulnya dan tetang segala yang datang dari Tuhan dalam keseluruhan tidak
dalam perincian: Iman tidak mempunyai sifat bertambah atau berkurang dan tidak ada
perbedaan diantara manusia dalam hal iman.
3. Aliran Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa Arab yaitu qadara (kemampuan dan kekuatan),
aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan.
Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi perbuatannya
sendiri, penekanan pada kebebasan manusia dalam mewejudkan perbuatannya.
Manusia dinilai mempunyai kekuatan melaksanakan kehendaknya, menentukan
keputusan . dalam surat Al-Rad ayat 11, Allah berfirman:”Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan sesuatu bangsa, kecuali jika bangsa itu mengubah keadaan diri
mereka sendiri.
4. Aliran Mu’tazilah
Ajaran Mutazilah), yang mengalami jaman kejayaan pada saat peradaban Islam
the golden age ( abad 7 abad sampai abad 13). Ketika itu muncul banyak ilmuwan
seperti Ibnu Sina (bapak kedokteran), Ibnu Khawarijmi (bapak matematika).
Aliran Mu’tazilah mengakar dari paham qadariyah, secarah harfiah mu’tazilah
berasal dari i’tazala yang berarti berpisah . dibina oleh Wasil bin Ata. (lahir 81-
131 H), belajar pada Hasan al-Basri salah satunya.
Golongan I. (Mu’tazilah 1) muncul sebagai respon politik murni. Tumbuh
sebagai kaum yang netral politik, antara Ali, dengan lawan-lawannya terutama,
Muawiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Zubair.
Aliran Mu’tazilah II muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang
dikalangan khawarij dan murjiah akibat ada
nya peristiwa takhim. Golongan ini muncul sebagai respons terjadap persoalan
teologis yang muncul dikalangan khawarij dan Murji’ah akibat persoalan takhim.
Menurut Harun Nasution, ada 5 pokok ajaran Mu’tazilah yang menjawab
masalah akal dan wahyu dalam menjawab persoalan teologis yaitu: (1) Al-Tauhid ,
yaitu Kemahaesaan Tuhan , Tuhan Maha Esa , zat yang Unik dan tiada yang serupa
dengan dia.(2) Al-adl, yaitu Keadilan Tuhan, Dari sini timbullah paham kebebasan
manusia dalam kehendak dan perbuatan, manusia harus bertanggung jawab kepada
perbuatannya, paha al-shalih wa-ashlah, wajib bagi Tuhan berbuat baik kepada
manusia, mengirin nabi-nabi untuk menyampaikan segala yang diketahui akal, wajib
untuk tidak memberi beban diluar batas kemampuan, terikatnya tuhan kepada janjijanji-
Nya dan sebagainya, (3) Al-Wa’ad wa al wa’id, memiliki arti Tuhan wajib
memberi pahala bagi orang yang berbuat baik dan wajib menghukum orang yang
berbuat mungkar di akherat. (4) Al Manzilah bayn al –manzilatain, yaitu pemposisian
di tengah bagi pembuat dosa besar , mereka tidak kafir tetapi juga tidak mukmin,
tidak surga dan tidak juga neraka, tapi posisi siksa ringan yang terletak diantaranya,
(5) Al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy an Al-munkar yaitu suatu perintah berbuat baik
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
14
dan larangan berbuat jahat yang berhubungan dengan usaha membina moral dan
suatu kontrol sosial.
5. Aliran Jabariyah
Jabara mengandung arti memaksa, menurut Al-Syahrastani, jabariah berarti
menghilangkan perbuatan dari hamba seorang hakikat dan menyadarkan perbuatan
tersebut kepada Allah SWT. Paham ini diduga telah ada sejak sebelum agama Islam
datang kemasyarakat arab.
Dihadapan alam yang tandus, ganas, berpasir, indah namun kejam, menyebabkan
jiwa mereka dekat kepada Zat yang Maha. Dengan semata-mata tunduk, patuh pasrah.
Al-Saffat ayat 96, ditegaskan : Allah, menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.
6. Aliran Asy’ariyah
Nama lengkapnya Abdul Hasan Ali bin Ismail Al-asyari 260 H/873M – 324
H/935M), keturunan Abu Musa Al-Asyari., salah satu perantara dalam sengketa
antara Ali dan Mu’awiyah. Pada waktu kecilnya ia berguru pada seorang Mu’tazilah
terkenal yaitu Al-Jubba’i , yang diikutinya sampai ia berumur 40 tahun, setelah
bersembunyi selama 15 hari, kemudian ia pergi ke Mesjid Basrah dan didepan orang
banyak , mula-mula dia mengatakan bahwa: Quran itu mahluk, Tuhan tidak dapat
dilihat mata kepala. Dia tidak lagi sepaham dengan mu’tazilah yang melibatkan
akaldiatas segalanya. Ia mengkawatirkan quran dan Hadist yang menjadi korban
paham-paham mu’tazilah yang menurutnya pendapatnya tidak dapat dibenarkan,
karena didasarkan atas pekerjaan akal dan pikiran
Abu Hasan al-Asy'ari tampil dengan konsep kasb (perolehan, acquisition) yang
cukup rumit. Berikut ini tiga bait syair tentang pengertian kasb, dari kitab Jawharat
al-Tawhid, salah satu buku teks dalam paham Asy'ari:
Wa 'indana li al-'abd-i kasb-un kullifa
Wa lam yakun mu'atstsir-an fa 'l-ta'rifa
Fa laysa majbur-an wa la ikhtiyar-an
Wa laysa kull-an yaf' al-u ikhtiyar-an
Fa in yutsibna fa bi mahdl-i al-fadl'l-i
Wa in yu'adzdzib fa bi mahdl-i al-'adl-i
Artinya:
Bagi kita, hamba (manusia) dibebani kasb,(usaha)
Namun kasb itu, ketahuilah, tidak akan berpengaruh
Maka manusia tidaklah terpaksa, dan tidak pula bebas,
Dan tidak pula masing-masing itu berbuat dengan kebebasan
Jika Dia (Allah) memberi pahala kita maka semata karena murah-Nya,
Dan jika Dia menyiksa kita maka semata karena adil-Nya
Jadi, jelasnya, manusia tetap dibebani kewajiban melakukan kasb melalui ikhtiarnya,
namun hendaknya ia ketahui bahwa usaha itu tak akan berpengaruh apa-apa kepada
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
15
kegiatannya. Karena kewajiban usaha atau kasb itu maka manusia bukanlah dalam
keadaan tak berdaya seperti kata kaum Jabari, tapi karena usahanya toh tidak
berpengaruh apa-apa kepada kegiatannya maka ia pun bukanlah makhluk bebas yang
menentukan sendiri kegiatannya seperti kata kaum Qadari. Dan jika Allah memberi
kita pahala (masuk surga), maka itu hanyalah karena kemurahan-Nya (bukan karena
amal perbuatan kita), dan jika dia menyiksa kita (masuk neraka) maka itu hanyalah
karena keadilan-Nya (juga bukan karena semata perbuatan kita).
Kutipan itu menggambarkan betapa sulitnya memahami konsep kasb dalam
paham Asy'ari. Maka tidak heran konsep itu menjadi sasaran kritik tajam para
pemikir lain, termasuk Ibn Taymiyyah yang menganggapnya sebagai salah satu
keanehan atau absurditas Ilmu Kalam. Ibn Taymiyyah malah menggubah syair
yang dapat dipandang sebagai tandingan konsep kasb:
Wa la makhraj-a li 'l-'abd-i 'amma qadla,
Walakinnahu mukhtar-u husn-in wa saw'at-i
|Fa laysa bi majbur-in 'adim-i 'l-iradat-i
Wa lakinnahu sya'a bi khalq-i 'l-iradat-i
Artinya:
Tidak ada jalan keluar bagi manusia dari ketentuan-Nya,
Namun manusia tetap mampu memilih yang baik dan yang buruk
Jadi bukannya ia itu terpaksa tanpa kemauan, melainkan ia berkehendak
dengan terciptanya kemauan (dalam dirinya)
Begitulah, Ibn Taymiyyah melihat bahwa dalam proses perkembangan paham
Asy'ari, konsep kasb yang sulit itu telah menjerumuskan para pengikutnya kepada
sikap yang lebih mengarah ke Jabariah, tidak ke jalan tengah yang dikehendakinya.
Ibn Taymiyyah sendiri, karena menolak baik Qadariah maupun Jabariah, juga tampil
dengan konsepnya jalan tengah, yaitu, sebagaimana ternyata dari syair tersebut,
konsep bahwa Allah telah menciptakan dalam diri manusia kehendak (iradah), yang
dengan iradah itu manusia mampu memilih jalan hidupnya, baik maupun buruk.
Pemikiran Al-asy’ari tentang Tuhan dan sifat-sifatnya, ia berpendapat bahwa Allah
mempunyai sifat-sifat , yang unik dan tidak dapat dibandingkan dengan sifat manusia,
Sifat-sifat Allah seperti mempunyai tangan , kaki, tapi tidak boleh diartikan secara
harafiah tapi secara simbolis. Tuhan mempunyai sifa riil dan abadi, tetapi Tuhan
berusaha menjaga dirinya anthropomofosma, Tuhan mengetahui dengan sifat
pengetahuanNya. Berkehendak dengan sifa kehendakNya. Dan sifat tersebut tidaklah
identik dengan Zat-Nya.tetapi tidak berbeda dari padaNya. Dan Al-Asyari meyakini
bahwa setiap perbuatan manusia terjadi dengan kehendak dan ridho Allah baik
perbuatan baik maupun perbuatan buruk.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
16
Bagi Al-Asyari mengutamakan wahyu , baginya Al-Quran adalah tidak diciptakan
sebab kalau ia diciptakan sesuai dengan ayat artinya” Jika kami menghendaki sesuatu,
kami bersabda .”terjadilah: maka iapun terjadi (QS, An-Nahl (16):40).
Ia meyakini bahwa Allah dapat dilihat di akherat , tapi tidak dapat digambarkan,
kemungkinan rukyat dapt terjadi manakala Allah sendiri yang menyebabkan dapat
dilihat atau bilamana ia diciptakan kemampuan penglihatan untuk melihatnya
Bagi Al-asyari maupun Mu’tazilah Allah mempunyai keadilan, bagi Mu’tazilah
keadilan Allah lebih besar dari kekuasaan, Allah akan menghukum orang yang
bersalah dan memberi pahala bagi yang berbuat baik. bagi Al-syari kekuasaan Allah
melebihi keadilannya.
Bagi Al-Asyari mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik, sebag
iman tidak hilang karena dosa selain kufur. Dia tidak mengkafirkan orang-orang yang
sujud di baitullah walaupun mereka melakukan berzina dan mencuri, mereka masih
disebut beriman dengan keimanan yang dimilikinya. Adapun balasan di akherat kelak
bagi pelaku dosa besar apabila meninggal dan tidak sempat bertobat maka semuanya
tergantung kebijakan Allah, Tuhan dapat mengampuni dosa besar dengan syafaat
Nabi Muhammad SAW.
Bagi Al-Asyari Iman (secara esensial) adalah tasdiz bi al-jannah (membenarkan
dengan kalbu) . Sedangkan (qawl) dengan lisan dan melakukan kewajiban utama
(amal bi al-arkan) hanya merupakan furu (cabang-cabang) iman. Oleh karena itu
siapapun yang membenarkan keesaan Allah beserta mereka bawa dari-Nya , Iman
orang semacam ini merupakan iman yang sahih dan keimanan seorang tidak akan
hilang kecuali ia mengingkari hal-hal tersebut., baginya persyaratan iman minimal
untuk adanya iman adalah tashdiq, yang jika diekspresikan secara verbal berbentuk
syahadatain.
Menurut Al-Asyari faham perbuatan manusia pada hakekatnya adalah perbuatan
Tuhan dan diwujudkan dengan daya Tuhan dan bukan adanya manusia, Ditinjau dari
sudut paham ini, pemberian beban yang tidak dapat dipikul tidaklah menimbulkan
persoalan bagi Asy-ariyah, manusia dapat melaksanakan beban yang tidak dipikulnya
karena yang mewujudkan perbuatan manusia bukanlah daya manusia tapi daya Tuha
yang tak terbatas.
Kaum Asyari karena percaya akan kemutlakan kekuasaan Tuhan berpendapat bahwa
perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan, yang mendorong Tuhan untuk berbuat
sesuatu semata-mata adalah kekuasaan dan kehendak mutakNya dan bukan kerana
kepentingan manusia atau tujuan yang lain. Maka mengartikan keadilan dengan
menempatkan sesuatu pada tempatnya yang sebenarnya, yaitu mempunyai kekuasaan
mutlak terhadap harta yang dimiliki serta menpergunakannya sesuai dengan
kehendakNya, Dengan demikian, keadilan Tuhan mengadung arti bahwa Tuhan
mempunyai kekuasaan mutlak terhadap mahluknya dan dapat berbuat
sekehendaknya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
17
Ayat Al-Quran yang dijadikan sandaran bagi aliran ini: al-Buruj ayat 16. Surat Yunus
ayat 99, As-sajadah ayat 13, Al-an-am ayat 112, dan Al-baqarah 253.
Yunus:99. Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang
beriman semuanya ?
As-sajadah:13. Dan kalau kami menghendaki niscaya kami akan berikan kepada tiap- tiap jiwa
petunjuk, akan tetapi Telah tetaplah perkataan dari padaKu: "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka
Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama."
Al-baqarah:253. Rasul-rasul itu kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. di
antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah
meninggikannya[158] beberapa derajat. dan kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa
mukjizat serta kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus[159]. dan kalau Allah menghendaki, niscaya
tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada
mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, Maka ada di antara mereka yang
beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka
berbunuh-bunuhan. akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.[158] yakni nabi Muhammad
s.a.w.[159] Maksudnya: kejadian Isa a.s. adalah kejadian yang luar biasa, tanpa bapak, yaitu dengan
tiupan Ruhul Qudus oleh Jibril kepada diri Maryam. Ini termasuk mukjizat Isa a.s. menurut Jumhur
musafirin, bahwa Ruhul Qudus itu ialah malaikat Jibril.
Al-Buruj:16. Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya..
7. Aliran Maturidiyah
Abu Mansur ibnu mahmud al-Maturidi lahir di Samarkhan pada pertengahan kedua
dari abad ke 9, wafat tahun 944 M, ia adalah pengikut Abu Hanifah dan pahampaham
teologi nya banyak persamaan dengan Abu Hanifah.
Pendapatnya tentang perbuatan manusia, Al-Maturidi sependapat dengan
golongan Mu’tazilah, bahwa manusialah sebenarnya yang mewujudkan perbuatanperbuatannya.
Dengan demikian ia mempunyai faham Qadariyah dan bukan jabariah,
Mengenai orang yang berdosa besar masih tetap mukmin dan soal dosa-dosa besarnya
akan ditentukan Tuhan kelak di akherat, iapun menolak paham posisi menengah
kaum Mu’tazilah,

0 comments:

Post a Comment

Sample Text

Social Profiles

Arsip Blog

Pengikut

Guest Counter

Powered by Blogger.

Ads 468x60px

Popular Posts

Blog Archive

About

Featured Posts Coolbthemes