Monday, March 12, 2012

PENGERTIAN DAN RELEVANSI ETIKA


1.         Arti

            Kata"etika" yang secara etimologis berasal dari kata Yunani"ethos", harafiah berarti "adat kebiasaan,""watak" atau "kelakuan manusia". Sebagai suatu istilah yangcukup banyak dipakai dalam hidup sehari-hari, kata tersebut memiliki arti yanglebih luas dari sekedar arti etimologis-harafiah. Dalam pemakaian sehari-hari,sekurang-kurangnya dapat dibedakan tiga arti kata "etika."  Arti pertama adalah sebagai "sistemnilai." Kata "etika" di sini berarti nilai-nilai dan norma-normamoral yang menjadi pegangan hidup atau sebagai pedoman penilaian baik-buruknyaperilaku manusia, baik secara individual maupun sosial dalam suatu masyarakat.Arti pertama ini misalnya dipakai dalam “Etika Jawa”, “Etika Protestan” dsb.Arti yang kedua adalah "kode etik"; maksudnya adalah sebagai kumpulannorma dan nilai moral yang wajib diperhatikan oleh pemegang profesi tertentu.Sebagai contoh misalnya pemakaian dalam istilah "Etika Rumah Sakit,""Etika Jurnalistik." Arti ketiga, dan yang dimaksudkan dalam tulisanini adalah ilmu yang melakukan refleksi kritis dan sistematis tentangmoralitas. Etika dalam arti ini sama dengan filsafat moral. Secara etimologis,kata "etika" sebenarnya sama dengan kata "moral." Kata"moral" berasal dari akar kata Latin "mos" -"moris" yang sama dengan kata "etika" dalam bahasa Yunani,berarti "adat kebiasaan." Sebagai istilah, keduanya kadang dibedakan.Istilah "etika" dipakai untuk menyebut ilmu dan prinsip-prinsip dasarpenilaian baik-buruknya perilaku manusia. Sedangkan istilah "moral"untuk menyebut aturan dan norma yang lebih konkret bagi penilaian baik-buruknyaperilaku manusia. 


            Objekmaterial ilmu etika adalah tingkah-laku atau tindakan manusia sebagai manusia;sedangkan objek formalnya adalah segi baik-buruknya atau benar-salahnyatindakan tersebut berdasarkan norma moral. Penilaian dan putusan tentang apakahtingkah-laku seseorang dapat dikatakan baik atau buruk, atau apakah tindakannyasebagai manusia itu benar atau salah secara moral, tentunya mengandaikan adanyasuatu tolok ukur. Tolok ukur ini disebut norma moral.  Norma moral sendiri didasarkan atas apa yangdisebut prinsip dasar moral. Maka pemikiran filosofis tentang moralitas tentusaja tidak akan lepas dari pemikiran tentang masalah norma dan prinsip yangmendasari penilaian tentang benar-salahnya tindakan manusia sebagai manusia.Filsafat moral juga berurusan dengan pertanyaan bagaimanakah suatu pemikiran,penilaian dan pengambilan keputusan moral dapat dibenarkan secara rasional.

            Diatas dikatakan bahwa objek material filsafat moral adalah "tindakanmanusia sebagai manusia".  Denganpernyataan ini dimaksudkan tindakan yang bukan hanya dilakukan oleh manusia (theact of man/actus hominis), melainkan tindakan yang khas manusia (thehuman act/actus humanus). Tindakan 'makan', 'tidur', 'berjalan' misalnyatidak hanya dilakukan oleh manusia tetapi juga oleh binatang.  Dalam hal ini tindakan-tindakan itu bisadisebut tindakan yang dilakukan oleh manusia. Tetapi tindakan-tindakan tersebutbaru sekaligus merupakan tindakan khas manusia kalau tindakan itu tidak hanyaterjadi secara instinktif, melainkan dilakukan secara sadar dan bebas.  Dengan kata lain, suatu tindakan menjaditindakan yang khas manusia (suatu human act) kalau disadari dan dimaui.

            Kekhususanperspektif moral dalam mengkaji perilaku manusia terletak dalam acuannya padapenilaian baik-buruk atau benar-salahnya perilaku tersebut sebagai manusia.Moralitas itu pertama-tama menyangkut kualitas watak pribadi manusia dan bukankualitas kemampuan-kemampuannya. Misalnya orang dapat saja dikatakan sebagaiseorang manager perusahaan, atau pemain sepak bola, atau guru, atau pemasakyang baik, tetapi ia bukan orang yang secara moral baik. Penilaian berdasarkannorma moral merupakan penilaian yang menyangkut kualitas kemanusia-an seseorangsecara keseluruhan dan bukan hanya berdasarkan prestasinya dalam segi-segitertentu hidup orang itu.

            Dalamkehidupan sehari-hari misalnya kita menilai seseorang secara moral baik kalaudia melakukan tindakan-tindakan yang secara keseluruhan mewujudkan nilai-nilaikemanusiaan yang sejati. Sebagai contoh misalnya kalau dia bersikap adil,jujur, setia, penuh kasih dan perhatian terhadap sesama, bertanggung-jawabdalam tugas dsb. Orang yang secara moral baik selalu berusaha untuk mengarahkanperbuatannya ke tujuan tertinggi hidupnya sebagai manusia atau menyesuaikantindakannya dengan norma yang mengatur perihal bagaimana manusia seharusnyahidup. Ia adalah orang yang selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan tuntutanhatinuraninya atau sesuai dengan kesadarannya akan apa yang secara konkretmenjadi kewajiban moralnya.

2.         Cabang

            Etikasebagai salah satu cabang ilmu filsafat yang secara khusus mengkaji perilakumanusia dari segi baik-buruknya atau benar-salahnya tindakan manusia sebagaimanusia, dewasa ini telah cukup berkembang dan mempunyai beberapa cabang atauspesialisasi bidang kajian.  Secara umumdapat dibedakan dua cabang besar etika, yakni Etika Umum atau EtikaDasar dan Etika Khusus.  Yangpertama adalah Etika yang menyajikan beberapa pengertian dasar dan mengkajibeberapa permasalahan pokok dalam filsafat moral.  Sedangkan yang kedua adalah Etika yangmemba-has beberapa permasalahan moral dalam bidang-bidang khusus. Sebagaicontoh Etika Khusus, misalnya: Etika Sosial (Politik, Kemasyarakatan, Hukum),Etika Biomedis, Etika Seksual, Etika Bisnis, Etika Ilmu, Etika Profesi, EtikaKependudukan, Etika Keluarga, Etika Lingkungan Hidup.

3.         Metode

            Dalamilmu etika biasa dibedakan adanya tiga metode atau cara pendekatan.

a. Pendekatan deskriptif:pendekatan ini yang biasa ditempuh oleh ilmu-ilmu sosial, pada pokoknyabermaksud memaparkan hal-hal yang secara faktual terjadi; bagaimana dalamkenyataan atau praktek hidup, baik buruknya tingkah-laku manusia  dalam suatu masyarakat dinilai.  Tekanan di sini diletakkan pada data-dataempiris dan kesimpulan-kesimpulan yang secara induktif bisa ditarik daridata-data yang diamati, dikumpulkan dan dianalisis.

b.  Pendekatan normatif/preskriptif:pendekatan ini berpangkal dari keyakinan bahwa etika bukan pertama-tamamembahas tentang apa yang senyatanya (das Sein) dipandang sebagaikelakuan yang baik dan mana yang dipandang buruk dalam suatu masyarakat,melainkan tentang apa yang seharusnya (das Sollen) atau yangwajib dilakukan oleh manusia sebagai manusia. Manakah norma-norma yang secaramoral mengikat setiap manusia.  Teorietika normatif menentukan apa yang dipandang sebagai norma yang wajib diikutioleh manusia untuk bertindak secara benar atau untuk menjadi manusia yangberkelakuan baik.

c.  Pendekatan analitis/metaetis:dalam pendekatan ini etika pertama tama dimengerti sebagai cabang ilmu filsafatyang menganalisa bahasa yang dipakai dalam pembicaraan tentang moral. Misalnyamembuat analisis tentang:
    (1) peristilahan-peristilahanmoral, seperti apa artinya kata "baik", apa artinya kata"wajib" dsb.
    (2) dasar-dasar rasionalsuatu sistem etika
    (3) logis tidaknya suatu proses penyimpulanmoral.
            Analisisdimaksudkan untuk menghilangkan kekaburan arti dan untuk menegaskan apa yangdimaksud dengan pernyataan-pernyataan moral tertentu.

            Dalamperkembangan sejarah filsafat abad ke-20 pendekatan ini pernah cukup dominanmempengaruhi dunia etika. Merasa 'alergis' terhadap tuduhan mau mengkotbahi oranglain tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam hidupnya sertakeinginan untuk membuat filsafat bersifat 'ilmiah' cukup banyak orang padaperempat pertama abad ini cenderung untuk menjadikan etika sebagai ilmu yangtugasnya menganalisa bahasa pernyataan-pernyataan moral. Tetapi setelah PerangDunia II, anggapan bahwa inilah satu-satunya pendekatan yang sah dalam beretikasudah ditinggalkan orang.  Dewasa inipara filsuf moral pada umumnya menganggap bahwa etika yang hanya membatasi diripada analisis metaetis atas bahasa pernyataan-pernyataan moral, akan terasakering dan tidak memenuhi kerinduan terdalam hati manusia.  Kini umumnya disadari bahwa suatu etika yanglengkap akan memakai ketiga pendekatan sekaligus. 

            Kendatietika sebagai filsafat yang mengkaji tentang moralitas bukanlah ilmu empiris(dan dengan demikian lebih merupakan ilmu normatif daripada deskriptif), namunsupaya refleksinya juga berpijak pada kenyataan yang ada, penting bahwa seorangfilsuf moral memperhatikan data-data mengenai tingkah-laku manusia sebagaimanadisumbangkan oleh ilmu-ilmu empiris. Penting pula bahwa dia melakukan analisisuntuk memperoleh kejelasan konseptual mengenai pernyataan-pernyataan moral yangdikaji.  Meskipun demikian, semuanya itumasih perlu diarahkan pada usaha untuk membantu manusia agar dapat secararasional mempertanggung- jawabkan bagaimana ia seharusnya hidup.

4.         Kekhususan
           
            a.Filsafat Moral dan Ajaran Moral

            Untukmemperoleh kejelasan lebih lanjut tentang apa yang menjadi kekhususan Etika,maka perlu dibedakan antara filsafat moral dan ajaran moral. Ajaran moraladalah ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan,kum-pulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimanamanusia seharusnya hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik.  Ajaran moral pada dasarnya adalahpetunjuk-petunjuk konkret untuk hidup baik. Sedangkan filsafat moral adalah pemikiran kritis dan mendasar tentangajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Filsafat moral merupakan suatu ilmu yang secara kritis, sistematis danmetodis mengkaji berbagai teori atau pandangan tentang bagaimana manusiaseharusnya hidup dan mengapa demikian. Kalau ajaran-ajaran moral bisadiumpama-kan sebagai petunjuk-petunjuk konkret yang diberikan oleh seorangpelatih renang kepada para muridnya yang sedang belajar berenang padanya,filsafat moral adalah ilmu tentang bagaimana berenang yang baik.

            Sebagaisuatu ilmu, maka unsur refleksi kritis dan rasional atas praksis, sertaunsur pengetahuan atau pengertian mendapat tekanan.  Etika mau mengerti mengapa kita harusmengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yangbertanggungjawab berhadapan dengan macam-macam ajaran moral yang ada atauditawarkan dalam masyarakat. 

            Sebagaisuatu ilmu, etika juga tidak menjamin bahwa orang yang mengkajinya dengansendirinya menjadi orang yang baik. Menjadi orang yang baik menuntut lebih daripada sekedar pemilikan sikapkritis terhadap pelbagai ajaran moral yang ada dan pengetahuan tentangteori-teori moral serta prinsip-prinsip bagaimana manusia seharusnya hidup.Memang, etika sebagai ilmu yang erat berkaitan dengan praksis kehidupanmanusia, semestinya tidak hanya tinggal teori belaka. Orang yang belajar etikadiharapkan tidak hanya bisa mempertanggungjawabkan secara rasionalkeputusan-keputusan moralnya, tetapi juga bahwa hidupnya diresapi olehprinsip-prinsip moral yang benar. Kendati begitu tidak jarang terjadi bahwa adakesenjangan antara pengetahuan dan penghayatan. Mereka yang mengetahui apa yang baik yang seharusnya dipilih dandilakukan, belum tentu dalam praktek mereka hidup sesuai dengan pengetahuannyatersebut.

            b.Filsafat Moral dan Teologi Moral

            Baikfilsafat moral maupun teologi moral mempunyai objek material penyelidikan yangsama, yakni perihal baik-buruknya perilaku atau tindakan manusia sebagaimanusia.  Keduanya berurusan denganpertanyaan-pertanyaan pokok seperti: (1) bagaimana manusia seharusnya bertindakdan berperilaku untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yang paling tinggi sebagaimanusia?; (2) manakah prinsip-prinsip dasar yang wajib diikuti oleh manusia,sehingga ia pantas disebut baik sebagai manusia?; (3) bagaimana prinsip-prinsiptersebut dapat dibenarkan atau dipertanggungjawabkan secara rasional? 

            Perbedaandi antara keduanya terletak pada kenyataan bahwa filsafat moral menyelidikikenyataan moralitas manusia atau mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaantersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal budi murni, sedangkanteologi moral mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan bertitiktolak dari suatu kerangka pemikiran berdasarkan agama atau wahyu tertentu.Dengan kata lain, filsafat moral berargumentasi secara umum dan terbuka padasemua agama atau kepercayaan, sedangkan teologi moral mengandaikan suatu sikapiman tertentu.  Teologi moral selalubersumber atau mendasarkan diri pada prinsip-prinsip yang digali dari KitabSuci agama tertentu.  Kalau orang berbedaagama atau sikap imannya, ia masih bisa mempunyai filsafat moral yang sama,tetapi  tidak mungkin mempunyai teologimoral yang persis sama. Memang tidak ada teologi moral yang sama sekali tidakmengandung suatu filsafat moral tertentu di dalamnya. Dalam arti tertentu, filsafatmoral sebagai suatu usaha rasional manusia untuk secara kritis, sistematis danmetodis menyelidiki baik-buruknya perilaku manusia sebagai manusia, entahsecara eksplisit atau implisit, selalu diandaikan oleh teologi moral.  Dalam arti ini teologi moral seseorang dalamagama tertentu juga dapat dalam banyak hal mempunyai kesamaan pandang denganteologi moral dalam agama lain.

5.         Relevansi

            Setiaporang lahir dan dibesarkan dalam suatu lingkungan keluarga dan masyarakatdengan tradisi nilai dan ajaran-ajaran moral tertentu. Lebih-lebih di lingkunganmasyarakat yang menganut paham kolektivisme, tradisi nilai dan ajaran-ajaranmoral tersebut sering diterima begitu saja sebagai warisan nenek moyang yangtidak perlu, dan bahkan tidak boleh dipertanyakan. Akibatnya, dalam hidupbermoral tidak jarang orang hanya mengikuti saja apa yang menjadi tradisi dankebiasaan masyarakatnya. Dengan demikian suara hatinya tidak berperan, sehinggakesadaran moralnya pun sesungguhnya tidak berkembang. Ia tidak sanggup memberipertanggungjawaban rasional mengapa ia berbuat begini atau begitu. Pada usiaanak-anak, sikap seperti itu dapat dikatakan masih bisa diterima. Tetapi kalausampai dewasa orang masih bersikap demikian, maka sikap seperti itu tidakmemadai sebagai manusia. Itu berarti ia tidak secara serius memikirkan hidupnyadan mengelak dari tanggung jawabnya sebagai subyek yang membentuk danmenentukan dirinya melalui serangkaian keputusan yang ia ambil dengan sadar danbebas. Pandangan dan keyakinan moral seorang yang dewasa semestinya merupakanbuah refleksi kritis dan pengolahan pribadinya atas moralitas konvensional yangdiwarisi dari keluarga dan masyarakatnya. Dalam kaitan dengan ini, etikamenyediakan kesempatan untuk melakukan refleksi dan pengolahan pribadi sepertiitu. Inilah relevansi etika yang pertama. Dengan kata lain, etika dapatmembantu orang untuk menghayati hidupnya sebagai manusia dengan lebih sadar danbertang-gungjawab. Etika dapat membantu menumbuhkembangkan otonomi moralseseorang.

            Relevansietika yang kedua adalah dapat membantu memperoleh orientasi dalam hidup danmelatih melakukan pertanggungjawaban rasional terhadap penilaian dan pilihantindakan yang akan diambil. Dalam era globalisasi, yang ditunjang oleh pesatnyakemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti sekarang ini, kita antaralain dihadapkan pada kenyataan adanya kemajemukan pandangan moral danterjadinya pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat. Mana di antara berbagaipandangan moral yang beredar dalam masyarakat (melalui buku, media massa danpergaulan sosial yang semakin meluas) itu yang memang benar dan layak diikuti?Bagaimana kita semestinya menyikapi pergeseran nilai-nilai yang terjadi? Etikasebagai upaya rasional untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut danpertanyaan-perta-nyaan lain yang sejenis, dapat membantu memperoleh orientasidalam hidup dan menentukan pilihan secara bijaksana. Etika dapat membantumenentukan dan mempertanggungjawabkan secara rasional pendirian moral seseorangdan sekelompok orang bersama-sama dalam suatu masyarakat.

            Relevansietika yang ketiga adalah menyediakan alat intelektual untuk menanggapimasalah-masalah moral baru yang muncul sebagai dampak modernisasi danperkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi. Etika memang tidakmenyediakan jawaban-jawaban yang siap-pakai, tetapi menyediakan alatintelektual berupa kejelasan tentang nilai-nilai dan kaidah-kaidah moral yangdapat dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis masalah, membuat penilaian,melakukan pertimbangan dan akhirnya mengambil keputusan. Mengenai masalah-masalahmoral baru yang muncul sebagai dampak modernisasi dan perkembangan pesat ilmupengetahuan dan teknologi misalnya belum lama ini dunia dibuat bertanya-tanyatentang etis tidaknya melakukan cloning terhadap manusia. Keberhasilanilmuwan Ian Wilmut untuk “menciptakan” si Dolly, anak domba hasil cloningdari sel domba dewasa, membuka kemungkinan baru bahwa proses yang kurang lebihsama dapat diperlakukan juga untuk manusia. Tetapi etiskah melakukan manipulasiatas gen-gen manusia? Apakah yang secara ilmiah-teknologis mungkin untukdilakukan, juga terhadap gen manusia, itu perlu dicoba untuk dilakukan gunamelihat sampai berapa jauh manusia mampu mengembangkan dirinya? Kemajuan pesatiptek, khususnya dalam bidang biomedis belakangan ini telah menghadapkan kitapada berbagai pertanyaan etis yang pelik dan memerlukan pemikiran yang saksama.Selain masalah manipulasi gen-gen manusia, masalah-masalah lain yang tidakkalah pelik dan belakangan banyak diajukan misalnya: bolehkah seorang ibu yangsendiri tidak bisa mengandung, tetapi sangat ingin punya anak, melakukannyadengan teknik bayi tabung? Dalam kaitan dengan ini bolehkah ada donor spermaatau pun donor sel telur? Bolehkah seorang wanita “menyewakan” rahimnya untukmengandungkan anak orang lain? Karena sisa-sisa embrio yang tidak akan ditanamdalam rahim, bisa menimbulkan masalah dalam penyimpanan, etiskah melakukanpemusnahan embrio? Apakah pemakaian jaringan otak janin (foetal tissue)yang digugurkan untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer dapat dibenarkan secaramoral?

            Modernisasiyang selain ditunjang oleh kemajuan iptek juga dirangsang oleh tataperekonomian global yang semakin kapitalistik serta didukung oleh sistempolitik pemerintahan yang cukup represif, dengan dalih pertumbuhan ekonomimenuntut stabilitas politik yang mantap, juga telah mendorong munculnyakesadaran baru akan pentingnya memperhatikan dimensi etis dan kemanusiaan dalamberbagai proyek pembangunan dan pengaturan masyarakat. Apa yang banyak disebutsebagai isu three in one, yakni isu hak-hak asasi, demokratisasi danlingkungan hidup, merupakan isu-isu yang kental dengan nuansa etis. Menanggapiisu-isu tersebut, refleksi etis sebagaimana dikembangkan dalam etika politik,etika hukum, etika bisnis dan etika lingkungan hidup kiranya dapat memberikansumbangan yang relevan.

0 comments:

Post a Comment

Sample Text

Social Profiles

Pengikut

Guest Counter

Powered by Blogger.

Ads 468x60px

Popular Posts

About

Featured Posts Coolbthemes